BA.4 dan BA.5 Ditemukan, Pakar Sarankan Pemerintah Gencarkan Pemeriksaan Genom

Pemeriksaan WGS dan penyelidikan epidemiologis bisa jadi dasar pengambilan kebijakan.

Pixabay
Delapan kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di telah terkonfirmasi di Tanah Air.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delapan kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di telah terkonfirmasi di Tanah Air. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama meminta agar pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) ditingkatkan. Karena, masyarakat perlu mengetahui  bagaimana sebenarnya pola varian atau subvarian yang saat ini sudah masuk ke Indonesia.

"WGS ditingkatkan dan juga penyelidikan epidemiologis (PE) pada setiap orang dari lebih 500-an kasus orang sehari itu perlu juga ditingkatkan agar situasi penyebab kenaikan kasus menjadi jelas dan kebijakan yang diambil juga berbasis bukti yang nyata," kata Tjandra kepada Republika, Senin (13/6/2022).

Ia menerangkan, secara umum di dunia, subvarian Omicron BA.2 dan juga BA.2.X masih mendominasi di dunia,  walaupun angkanya menurun dari 44 persen  menjadi 19 persen dalam laporan mingguan WHO. Sementara itu, subvarian Omicron lainnya juga tidak meningkat di dunia, seperti BA.2.11, BA.2.13, dan BA.2.9.1.

"Semua subvarian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452X. Sub varian Omicron lain yang pernah sebelumnya dominan seperti BA.1, BA.1.1. BA.1.X dan BA.3 juga terus menurun sampai di bawah 1 persen," terangnya.

Tjandra mengungkapkan, saat ini di dunia yang meningkat adalah sub varian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4. Dari ketiga ini, data terakhir menunjukkan sub varian BA.2.12.1 paling banyak ditemui dan sudah terdeteksi di 53 negara termasuk negara tetangga Indonesia.

"Dan diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus, artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di negara kita," kata Tjandra.

Sementara itu, subvarian BA.5 ditemukan di 47 negara dan BA.4 di deteksi di 42 negara, jadi lebih sedikit dari BA.2.12.1. Ketiga varian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452 yang setidaknya punya dua peningkatan risiko yakni  penularan dan  karakteristik luput dari sistem imun atau immune escape  yang antara lain ditandai dengan masih tetap dapat tertular walaupun sudah divaksinasi lengkap.

"Yang patut disyukuri adalah bahwa sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan peningkatan beratnya penyakit, walaupun memang lebih mudah menular," ungkapnya.

Di sisi lain, rekombinasi varian SARS-CoV-2 yang pernah di deteksi di awal 2022 (XE, XD dan XF) dan juga punya potensi pen ingkatan penularan, ternyata kini tidak menyebar luas di dunia. Oleh karena itu, semua informasi berbagai jenis varian dan sub varian ini adalah amat penting untuk pengambilan kebijakan publik.

"Apalagi kita tahu ada tiga skenario yang mungkin terjadi, base scenario, best scenario dan worst scenario, mudah-mudah yang terakhir tidak terjadi," tegasnya.


Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler