Menko PMK: Mencegah Stunting Sangat Vital untuk Pembangunan Indonesia
Intervensi apapun kurang optimal jika anak sudah terkena stunting.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyatakan terus memberikan perhatian guna menekan prevalensi stunting di Indonesia. Salah satu caranya, dengan literasi gizi yang tidak hanya diterapkan kepada ibu hamil, tapi juga keluarga dan lingkungannya.
Pemerintah berupaya mewujudkan target penurunan angka prevalensi stunting di tanah air hingga 14 persen pada 2024. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan, intervensi apapun bentuknya, jika sudah terkena stunting tak akan optimal.
"Maka itu mencegah stunting sangat vital untuk pembangunan Indonesia,” kata Muhadjir, Jumat (17/6/2022).
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengingatkan kepada perempuan berusia subur yang akan menikah agar jangan sampai menderita anemia. Jika ternyata anemia, harus rutin meminum vitamin, agar mengurangi resiko melahirkan bayi stunting di kemudian hari.
"Selain itu, cek lingkar lengan, jangan kurang dari 23,5 sentimeter. Setelah bayi lahir, dipantau lagi panjang badannya, kurang dari 48 sentimeter atau tidak. Jika kurang dari itu, bayi beresiko menderita stunting sehingga perlu diberi pendampingan dan perhatian khusus," kata Hasto.
Deputi III Kemenko PMK, Agus Suprapto menambahkan, penyuluh KB, tim pendamping keluarga adalah agen terdepan, agent of change penurunan stunting. Kuasai lapangan, monitor dengan baik keluarga beresiko stunting agar angka stunting bisa terus diturunkan hingga 14 persen tahun 2024.