Gejala Kanker Serviks Bisa Tercium dari Aroma Keputihan

Kanker serviks merupakan kanker keempat terbanyak yang mengenai perempuan di dunia.

www.freepik.com
Penderita kanker serviks (ilustrasi). Kanker serviks atau kanker pada mengenai leher rahim biasanya tak menunjukkan gejala yang jelas pada stadium awal.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker serviks bisa memunculkan beragam gejala, salah satunya adalah perubahan pada keputihan. Perubahan ini tak hanya berkaitan dengan tekstur, warna, atau konsistensi dari keputihan tetapi juga aromanya.

Secara umum, kanker serviks atau kanker pada mengenai leher rahim biasanya tak menunjukkan gejala yang jelas pada stadium awal. Oleh karena itu, kondisi ini biasanya tak langsung disadari oleh penderitanya.

Meski begitu, National Health Service (NHS) mengungkapkan bahwa perubahan pada cairan keputihan bisa menjadi salah satu tanda kunci dari kanker serviks yang perlu diwaspadai. Perubahan ini bisa berkaitan dengan tekstur, warna, konsistensi, atau bau dari keputihan. Mengacu pada Cancer Research UK, pasien kanker serviks bisa mengeluarkan keputihan dengan aroma yang tidak sedap.

Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa tak semua perubahan pada keputihan berkaitan dengan kanker serviks. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh masalah lain. Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter diperlukan untuk mengetahui akar masalah yang memicu perubahan pada keputihan.

Pada kasus kanker serviks, perubahan pada keputihan biasanya akan disertai dengan beberapa gejala lain. Salah satu di antaranya adalah muncul rasa nyeri di antara tulang panggul.

Gejala utama lain yang juga kerap berkaitan dengan kanker serviks adalah muncul rasa nyeri atau tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual, perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual, di antara dua siklus menstruasi atau setelah menopause.

Nyeri di bagian punggung bawah atau panggul, rasa sakit yang berat di kedua sisi tubuh atau punggung, dan sembelit juga bisa menjadi gejala kanker serviks. Gejala kanker serviks lainnya adalah berkemih atau buang air besar lebih sering daripada biasanya, kehilangan kontrol atas kandung kemih atau pencernaan, ada darah pada urine, pembengkakan pada satu atau dua kaki, serta perdarahan vagina berat.

Mengacu pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan kanker keempat terbanyak yang mengenai perempuan di dunia. Diperkirakan ada sekitar 604 ribu penambahan kasus baru dan 342 ribu kasus kematian terkait kanker serviks terjadi pada 2020. Sekitar 90 persen kasus baru dan kematian akibat kanker serviks pada 2020 terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah.

Baca Juga


Mengingat pada stadium awal, kanker serviks jarang menunjukkan gejala yang jelas, cara terbaik untuk mendeteksi penyakit ini sejak dini adalah melalui tes pap smear. Tes ini bisa mendeteksi sel-sel abnormal pada leher rahim.

Dengan mendeteksi dan menyingkirkan sel-sel abnormal ini sejak dini dari leher rahim dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, pada perempuan berusia 25-29 tahun, pap smear dapat dilakukan setiap tiga tahun.

Pada perempuan berusia 30-65 tahun memiliki tiga opsi pengetesan yang bisa dilakukan, yaitu pap smear, tes HPV, dan kombinasi keduanya. Kombinasi pap smear dan tes HPV bisa dilakukan setiap lima tahun. Bila hanya ingin melakukan pap smear saja, tes ini bisa dilakukan setiap tiga tahun. Sedangkan tes HPV saja bisa dilakukan setiap lima tahun.

HPV atau human papillomavirus diketahui dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. WHO mengungkapkan bahwa lebih dari 95 persen kanker serviks terjadi akibat infeksi HPV.

"(Dengan skrining) sel-sel abnormal apa pun bisa diobati dengan cepat sebelum mereka berpotensi berkembang menjadi kanker," ungkap Medical Director for Primary Care NHS England, Dr Nikki Kanani, seperti dilansir The Sun, Selasa (28/6/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler