Laporan WHO Ungkap Jumlah Kasus Covid-19 Kembali Naik

Jumlah kematian di seluruh dunia Covid-19 relatif sama dengan minggu sebelumnya.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada calon haji di area Masjid Pusdai, Kota Bandung, Selasa (28/6/2022). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) laporkan jumlah kasus baru virus corona naik 18 persen dalam sepekan terakhir.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) laporkan jumlah kasus baru virus corona naik 18 persen dalam sepekan terakhir. Lebih dari 4,1 juta kasus dilaporkan secara global.

Baca Juga


Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini mengatakan dalam laporan mingguan terbaru tentang pandemi, jumlah kematian di seluruh dunia tetap relatif sama dengan minggu sebelumnya, sekitar 8.500 jiwa. Kematian terkait Covid-19 meningkat hanya di tiga wilayah, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika.

Kenaikan mingguan terbesar dalam kasus Covid-19 baru terlihat di Timur Tengah, dengan peningkatan sebesar 47 persen. Infeksi meningkat sekitar 32 persen di Eropa dan Asia Tenggara, dan sekitar 14 persen di Amerika.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kasus meningkat di 110 negara, sebagian besar didorong oleh varian omikron BA.4 dan BA.5. "Pandemi ini berubah, tetapi belum berakhir,” katanya.

Menurut Tedros, kemampuan untuk melacak evolusi genetik Covid-19 di bawah ancaman ketika negara-negara melonggarkan upaya pengawasan dan pengurutan genetik. Dia memperingatkan bahwa akan lebih sulit untuk menangkap varian baru yang muncul dan berpotensi berbahaya.

 

Tedros menyerukan negara-negara untuk memvaksinasi populasi yang paling rentan, termasuk petugas kesehatan dan orang-orang berusia di atas 60 tahun. Dia mengatakan, ratusan juta tetap tidak divaksinasi dan berisiko penyakit parah dan kematian.

Sementara lebih dari 1,2 miliar vaksin Covid-19 telah diberikan secara global, tingkat imunisasi rata-rata di negara-negara miskin adalah sekitar 13 persen saja. "Jika negara-negara kaya memvaksinasi anak-anak sejak usia enam bulan dan berencana untuk melakukan putaran vaksinasi lebih lanjut, tidak dapat dipahami untuk menyarankan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah tidak boleh memvaksinasi dan meningkatkan (penduduk) mereka yang paling berisiko,” katanya.

 

Menurut angka yang dikumpulkan oleh Oxfam dan Aliansi Vaksin Rakyat, kurang dari setengah dari 2,1 miliar vaksin yang dijanjikan kepada negara-negara miskin oleh G-7 telah dikirimkan. Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) mengesahkan vaksin Covid-19 untuk bayi dan anak-anak prasekolah, meluncurkan rencana imunisasi nasional yang menargetkan 18 juta anak-anak termuda. Regulator AS juga merekomendasikan agar beberapa orang dewasa mendapatkan booster terbaru di musim gugur yang cocok dengan varian virus corona terbaru.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler