Riset Sebut Tesla Masuk Jajaran Mobil dengan Kualitas Terburuk
Produk Tesla mengalami 226 persoalan dalam setiap 100 kendaraan.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setiap pabrikan otomotif dituntut untuk bisa memproduksi mobil dengan kualitas terbaik. Namun, dalam tiap fase produksi, suatu produk tertentu berpotensi mengalami persoalan kualitas baik itu karena kelalaian atau disebabkan oleh hal lain.
Dikutip dari The Verge pada Ahad (3/7/2022), hal ini mendorong sebuah lembaga penelitian Amerika bernama J.D. Power untuk mendalami kualitas produk mobil yang diterima oleh konsumen. Hasil riset itu pun dipublikasikan lewat Initial Quality Study .
Dalam riset yang menyasar produk model year 2022 itu, J.D. Power menemukan bahwa sejumlah brand mobil dianggap gagal dalam memberikan kualitas terbaik bagi konsumen. Salah satu brand yang masuk dalam produk dengan kualitas terburuk adalah Tesla.
Dari riset itu, terungkap bahwa produk Tesla mengalami 226 persoalan dalam setiap 100 kendaraan. Angka ini jauh di atas angka rata-rata industri otomotif yang berada pada level 180 persoalan per 100 kendaraan.
Selain Tesla, brand lain yang juga memiliki keluhan terbanyak adalah Polestar yang merupakan bagian dari Volvo dan Geely. Secara total, Polestar tercatat memiliki 328 persoalan per 100 mobil.
Dalam penelitian itu, J.D Power merangkum 10 persoalan yang paling banyak dikeluhkan oleh konsumen. Dari 10 persoalan itu, enam diantaranya merupakan persoalan software seperti Apple CarPlay dan Android Auto.
Riset ini melibatkan sekitar 84 ribu responden yang menggunakan mobil rakitan November 2021 hingga Februari 2022. Dari sampel penelitian itu, J.D Power merangkum hasil dari 33 brand dengan total produk sebanyak 189 model.
Soal kualitas Tesla, pabrikan Amerika ini juga sempat dicap gagal menjaga kualitas produk pada pada 2020. Hal itu pun diakui oleh CEO Tesla, Elon Musk dalam sebuah wawancara dengan analis industri bernama Sandy Munro.
"Salah satu persoalan yang sempat kami hadapi adalah terkait kualitas cat pada produk kami," kata Elon Musk. Menurutnya, hal itu terjadi karena pabrik Tesla melakukan peningkatan kapasitas produksi.
Peningkatan kapasitas produksi itu sendiri terjadi pada akhir 2020. Hal itu kemudian membuat proses produksi dipercepat dan ternyata justru membuat kualitas cat menjadi kurang optimal.