Pasien Covid-19 Varian BA.5 di Inggris Alami Gejala tak Biasa yang Mirip Meningitis

Dr Claire Taylor dan putranya positif Covid-19 dengan gejala mirip meningitis.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Seorang dokter di Inggris dr Claire Taylor dan putranya mengalami gejala mirip meningitis ketika kena Covid-19 dari infeksi SARS-CoV-2 varian omicron subvarian BA.5.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inggris saat ini mengalami peningkatan kasus Covid-19 yang diyakini disebabkan oleh omicron subvarian BA.4 dan BA.5. Seorang pasien dengan BA.5 telah menceritakan gejala yang tidak biasa yang dialaminya dan sang buah hati. Alih-alih pilek, keduanya malah mengalami gejala yang mirip dengan meningitis.

Baca Juga


Pasien bernama dr Claire Taylor mengatakan bahwa dia dan putranya mengalami gejala tak biasa, seperti leher terasa sakit dan kaku serta sensitif akan cahaya. Hejala tersebut khas meningitis.

 

"Sekujur tubuh juga rasanya sakit, seperti habis ditabrak bus. Nyeri ini terasa selama beberapa hari sebelum leher terasa kaku dan susah digerakkan. Suhu tubuh juga naik, saya merasa sengsara," kata dr Taylor dalam cicitannya di Twitter seperti dilansir laman Express, Selasa (5/7/2022).

 

Gejala lain yang dia rasakan adalah mati rasa dan kesemutan di lengan kiri serta gangguan penglihatan. Ia mengaku tak merasakan gejala yang umum Covid-19 seperti flu, batuk, pilek, dan kehilangan indra penciuman.

 

"Saya pergi tidur dan bangun dengan penglihatan yang terdistrosi di mata kiri saya. Tidak dapat membaca apa pun karena ada sedikit teks yang hilang. Empat hari kemudian saya merasa mati rasa dan kesemutan hilang," kata dia.

 

Selain dr Taylor, area leher putranya juga mengalami nyeri dan kaku yang menyakitkan pada hari pertama tertular Covid-19 subvarian BA.5. Dia juga menderita suhu tinggi.

Berdasarkan tanda-tanda ini, dokter awalnya mengira itu meningitis. Putranya juga mengalami kelelahan dan mati rasa di kakinya pada hari ketujuh.

 

Putra dr Taylor mulai dites negatif pada tes aliran lateral sepekan setelah tes awal, namun gejalanya baru sembuh setelah dua pekan. "Bagi kami, ini bukan virus pernapasan, karena pada dasarnya adalah ini gejala virus meningitis (demam, sakit leher, dan kekakuan serta sensitif cahaya)," kata dokter itu.

 

Gejala yang dialami dr Taylor dan putranya bukanlah gejala Covid-19 seperti umumnya. Setelah munculnya omicron musim dingin lalu, pasien mulai melaporkan gejala yang berbeda dari tanda aslinya, seperti demam dan batuk.

 

Beberapa bulan kemudian, Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) memperbarui daftar gejala Covid019 menambahkan gejala termasuk sesak napas, kelelahan, tubuh terasa sakit, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, kehilangan selera makan, hingga diare.

 

Sebagai subvarian dari omicron, strain BA.4 dan BA.5 mungkin memiliki gejala yang berbeda dibandingkan dengan virus aslinya. Namun, para ilmuwan dan ahli belum mengidentifikasi tanda-tanda yang tepat. Kabar baiknya, varian baru tersebut tidak dianggap lebih mematikan dibandingkan varian SARS-CoV-2 lainnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler