Pakar IPB:  Kewirausahaan Jadi Kunci Indonesia Keluar dari  Middle Income Trap

Kunci untuk mendongkrak perekonomian adalah kewirausahaan.

Dok IPB University
Guru Besar IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Prof Rachmat Pambudy.
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Prof Rachmat Pambudy, guru besar IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) menegaskan bahwa kewirausahaan merupakan determinan penting bagi pertumbuhan ekonomi. Ia menerangkan, berbagai hasil penelitian, baik di negara maju maupun berkembang, telah membuktikan hal tersebut.


“Itu  sebabnya,  jika kita bisa mendorong para petani  untuk bertransformasi menjadi wiratani, alias  menjadi wirausaha di bidang agribisnis, maka peluang Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan middle income trap (MIT) menjadi semakin besar,” kata Prof Rachmat Pambudy, dosen IPB University dari Departemen Agribisnis saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar yang digelar secara daring, Kamis (14/7).

Menurut Wikipedia, middle income trap (MIT) atau perangkap pendapatan menengah adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju. 

Ia menekankan, untuk bisa keluar dari posisi middle income trap, mayoritas ahli mengemukakan bahwa pendapatan nasional perkapita Indonesia harus bisa tumbuh di atas lima persen. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Indonesia baru akan bisa keluar dari posisi middle income trap apabila pertumbuhan ekonominya di atas 6 persen antara periode 2013 hingga 2030.

“Ini merupakan sebuah syarat yang belum pernah berhasil kita penuhi, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 yang telah mengakibatkan ekonomi Indonesia terkontraksi. Itu sebabnya Indonesia harus bisa menemukan kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke level yang dibutuhkan untuk keluar dari jebakan middle income trap,” kata Prof Rachmat.

Ia melanjutkan, “Saya melihat, kunci untuk mendongkrak perekonomian kita adalah kewirausahaan.”

Menurut Prof Rachmat, korelasi kuat antara jumlah wirausaha dengan kemajuan suatu negara telah digambarkan oleh berbagai riset. Ia mencontohkan, Zoltan Acs dan László Szerb tahun 2009, menemukan bahwa semakin banyak jumlah wirausaha, maka produktivitas nasional dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat, lapangan kerja menjadi kian luas tersedia, dan kesejahteraan menjadi terdistribusikan ke lebih banyak orang.

Prof Rachmat melanjutkan, sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan kunci untuk menggerakkan ekonomi di Nusantara. Namun, ujar Prof Rachmat, pertanian tidak bisa begitu saja menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

“Para petani kita kan sebagian besar tergolong sebagai petani gurem miskin (low income peasant), sehingga tidak bisa jadi motor pertumbuhan ekonomi. Supaya mereka bisa jadi motor pertumbuhan, pertama-tama kita harus bisa mendorong mereka bertransformasi dari peasant (petani gurem) menjadi farmer (petani), lalu bertransformasi menjadi agripreneur (wiratani), atau wirausaha di bidang agribisnis,” tegas Ketua Dewan Pupuk Indonesia ini.

Jika Indonesia bisa mengeluarkan petaninya dari jebakan low income peasant (petani gurem miskin), ujar Prof Rachmat, maka Indonesia pasti akan bisa keluar dari middle income trap.

“Daya dongkrak ekonomi dari perubahan petani menjadi wiratani ini ternyata sangat besar. Itu sebabnya kebijakan pemerintah kita harus segera diarahkan untuk mengubah petani menjadi wirausaha pertanian. Pertanian tradisional kita harus segera digantikan oleh praktik wirausaha tani,” tutup Prof Rachmat Pambudy, wakil Ketua Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler