WHO Catat Penemuan 14 Ribu Kasus Cacar Monyet di Dunia
Kasus cacar monyet sebagian besar ada di Eropa, kebanyakan yang kena adalah gay/homo.
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, lembaganya sudah mengonfirmasi 14 ribu kasus cacar monyet di seluruh dunia. Sejauh ini, sudah lima kematian dilaporkan di Afrika.
Menurut WHO, sebagian besar kasus yang sudah terkonfirmasi ditemukan di Eropa. Kebanyakan individu yang terinfeksi adalah gay atau homoseksual.
WHO diagendakan menggelar pertemuan pada Kamis (21/7/2022). Mereka bakal menentukan apakah cacar monyet akan dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau tidak.
PHEIC merupakan tingkat siaga tertinggi WHO. Status demikian dapat digunakan untuk mendorong negara-negara bekerja sama dalam tindakan pencegahan seraya memperkenankan WHO merekomendasikan langkah-langkah relevan, misalnya peringatan perjalanan.
“Terlepas dari rekomendasi, WHO akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung negara-negara menghentikan penularan dan menyelamatkan nyawa,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (20/7/2022).
Akhir bulan lalu, otoritas kesehatan Uni Eropa telah membeli lebih dari 100 ribu vaksin cacar untuk menangani penyebaran kasus cacar monyet di benua tersebut. Menurut Komisi Eropa, sebanyak 5.300 dosis vaksin Bavarian Nordic A/S sudah dikirim ke Spanyol.
Portugal, Jerman, dan Belgia akan menerima dosis berikutnya. Proses pengiriman lebih lanjut dilakukan pada Juli dan Agustus.
Vaksin tersebut dibeli oleh Health Emergency Preparedness and Response Authority (HERA). Ini merupakan pertama kalinya Uni Eropa, lewat HERA, secara langsung membeli dan menyumbangkan vaksin ke negara-negara anggota.
“Dengan HERA aktif dan berjalan, Uni Eropa secara signifikan memperkuat kapasitasnya untuk merespons serta mengatasi ancaman kesehatan baru dengan tegas,” kata Komisaris Kesehatan dan Keamanan Pangan Uni Eropa Stella Kyriakdies pada 28 Juni lalu, dilaporkan Bloomberg.
WHO telah memutuskan menghapus perbedaan antara negara endemik dan non-endemik dalam kasus cacar monyet. Hal itu guna mengintegralkan respons terhadap penyebaran penyakit tersebut.
“Kami menghapus perbedaan antara negara-negara endemik dan non-endemik, melaporkan negara-negara bersama jika memungkinkan, untuk mencerminkan tanggapan terpadu yang diperlukan,” kata WHO dalam pembaruan situasi wabah cacar monyet tertanggal 17 Juni.
Sebelumnya cacar monyet hanya dianggap endemik di Afrika.