BPS: Tingginya Inflasi Pangan Berisiko Besar Tingkatkan Kemiskinan
Kontribusi harga makanan mencapai 74 persen dalam garis kemiskinan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan kembali meningkat menjadi 4,94 persen. Lonjakan inflasi dipicu utamanya oleh kenaikan harga pangan dalam negeri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. BPS mengingatkan, tingginya inflasi akibat lonjakan harga pangan berisiko besar terhadap peningkatan kemiskinan.
"Dengan kenaikan harga atau inflasi yang tinggi, khususnya kelompok makanan, pasti ada potensi besar kepada angka kemiskinan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
Dalam rilis terakhir angka kemiskinan bulan Maret 2022, BPS mencatat, peran harga makanan terhadap garis kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Tercatat, kontribusi harga makanan mencapai 74 persen dalam garis kemiskinan.
Garis kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang harus dipenuhi penduduk untuk bisa mendapatkan standar hidup mencukupi di suatu negara. Pada Maret 2022, garis kemiskinan sebesar Rp 505.469 per kapita per bulan.
Margo menjelaskan, ketika harga pangan kian tinggi, akan memberikan dampak pada kenaikan garis kemiskinan. "Jika pendapatan tidak naik, akan menyebabkan kemiskinan semakin bertambah, jadi pengaruhnya cukup tinggi," kata Margo.
Selain pangan, peran pemerintah melalui kebijakan energi juga berperan penting. Kenaikan harga energi dunia yang terjadi bisa diredam oleh pemerintah dengan instrumen subsidi. Sebab, jika harga energi dilepas dengan harga keekonomian kepada masyarakat, akan memberikan dampak yang luas.
Kendati demikian, pada Maret lalu BPS mencatat angka kemiskinan mengalami penurunan ke level 9,71 persen atau 26,5 juta jiwa. Kemiskinan di perdesaan sebesar 12,29 persen lebih tinggi dari di perkotaan sebesar 7,5 persen.
Di tengah tren kenaikan inflasi dan potensi terhadap angka kemiskinan, Margo pun menilai, sejauh ini inflasi masih relatif terjaga. Pasalnya, laju inflasi masih cukup terkendali. Secara bulanan pada bulan Juli, inflasi inti sebesar 0,18 persen adapun secara bulanan hanya 2,86 persen.
"Inflasi inti yang menggambarkan fundamental ekonomi masih stabil," ujar dia.