Perdoski: Cacar Monyet tidak Masuk Kelompok Penyakit Infeksi Menular Seksual

Kasus cacar monyet banyak dialami populasi pasangan sejenis.

www.freepik.com
Ruam yang terasa gatal (ilustrasi). Cacar monyet tidak dimasukkan dalam penyakit infeksi menular seksual meskipun populasi pasangan sejenis banyak yang mengalaminya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) menyampaikan, cacar monyet atau monkeypox tidak masuk dalam kelompok penyakit infeksi menular seksual. Kategori penyakitnya tidak berubah meskipun kasusnya banyak terjadi pada populasi pasangan sejenis.

Baca Juga


"Monkeypox tidak dimasukkan dalam penyakit infeksi menular seksual," ujar perwakilan Perdoski, Prasetyadi Mawardi, dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Prasetyadi mengatakan, cacar monyet dominan dialami pria yang melakukan hubungan seksual dengan pria lantaran adanya kontak erat. Ia menjelaskan, kontak erat dengan orang terkonfirmasi cacar monyet akan memudahkan terjadinya penularan penyakit yang telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan di New York, Amerika Serikat itu.

Selain itu, individu-individu yang memiliki komorbiditas atau orang dengan status kekebalan tubuhnya relatif rendah juga berisiko tinggi terkena cacar monyet. "Apapun virusnya akan membuat individu-individu itu menjadi lebih lama sembuh, lebih berat penyakitnya dibandingkan individu-individu yang sehat," katanya.

 

 

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Monkeypox PB Ikatan Dokter Indonesia, Hanny Nilasari, menjelaskan infeksi cacar monyet tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok pasangan sejenis atau karena hubungan seksual. Ia menyebut, kasus cacar monyet memang banyak dilaporkan dialami populasi khusus, seperti gay, lesbian, dan juga orang dengan HIV.

"Itu dilaporkan populasi yang cukup banyak terkena dampak dari monkeypox ini," ujarnya.

Hanny kembali menegaskan bahwa banyaknya kasus pada kelompok itu disebabkan oleh kontak erat, yakni melalui sentuhan fisik dengan pasien cacar monyet. "Kontak seksual tentu melakukan kontak yang sangat erat dari kulit ke kulit atau mukosa ke mukosa, itu justru bisa mentransfer virusnya," ucapnya.

Ia mengakui ada permintaan vaksin cacar monyet dari kelompok LGBT yang khawatir tertular karena merasa dirinya menjadi populasi yang berisiko. "Vaksin untuk cacar monyet memang belum disetujui oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi dari (Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler