Hubungan Antara Bullying dengan Rasa Percaya Diri

Hubungan Antara Bullying dengan Rasa Percaya Diri

retizen /NurIndah Chandrawati
.
Rep: NurIndah Chandrawati Red: Retizen
Sumber:Pixabay.com

Saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang lebih suka mendengarkan dibandingkan dengan berbicara, biasanya orang tersebut akan lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Saat saya bertanya kepada beberapa orang yang saya temui dan memiliki karakter tersebut yaitu lebih suka medengarkan daripada berbicara, salah satu orang yang yang saya temui menjawab mengapa ia lebih suka mendengarkan dan lebih banyak diam ketika sedang dalam suatu perkumpulan atau kelompok. Ia merasa tidak percaya diri dan malu saat menjadi perhatian banyak orang saat tampil didepan banyak orang. Gugup dan gemetar itu yang aku rasakan saat tampil atau berbicara didepan banyak orang.


Apa yang menyebabkan orang tersebut tidak percaya diri, malu bahkan mersa gugup dan gemetar ketika berbicara di depan banyak orang? Dan ketika saya tanya pada orang tersebut, adakah alasan orang tersebut merasakan hal itu ketika berbicara di depan banyak orang. Dan Ada faktor lain selain memang sifat atau karakter orang tersebut yang pendiam yang memuat orang tersebut merasa gugup dan gemetar saat berbicara di depan banyak orang.

Ia bercerita, pada masa ia duduk dibangku SMP sering mengalami bully dalam bentuk ejekan dari teman sekelas baik secara langsung ataupun membicarakannya dibelakang karena penampilan dan kulit sawo matang, karena mereka menganggap bahwa penampilan orang tersebut tidak sesuai dengan standar mereka. Meskipun tidak semua teman sekelas seperti itu, tapi dari hal itu membuatnya kehilangan rasa kepercayaan diri, mulai merasa tidak percaya diri, malu untuk berbicara didepan umum, bahkan menjadi pendiam, dan takut untuk mengenal orang baru.

Saat tampil atau berbica di depan umun fikiran negatif selalu muncul, seperti apakah orang-orang yang memperhatikannya sedang membicarkan hal buruk tentang nya?apakah ada yang salah dari penampilannya? Kenapa orang-orang membicarakan nya? Itu yang selalu ia fikirkan saat tampil didepan banyak orang dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Fikiran tersebut muncul dengan sendirinya karena ejekan yang ia rasakan pada masa itu.

Namun orang tersebut merasa bahwa ia tidak bisa terus menerus seperti ini, karena jika dia terus menerus seperti ini dia tidak akan pernah maju dalam hal apapun. Memasuki masa SMA dia mulai membangun kembali rasa kepercayaan dirinya. Dengan lingkungan yang baru dan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Meski dia merasa sangat kesulitan untuk membangun rasa kepercayaan diri kembali. Membangun kembali rasa percaya diri versi nya, yaitu dengan selalu berpikir positif, melalukan hal-hal positif dan membuat diri senang, membuka diri untuk bisa menerima orang baru, bergabung dengan teman-teman. Dengan melakukan hal itu dan tentunya didukung dengan lingkungan yang baik juga akhirnya rasa percaya dirinya sedikit demi sedikit kembali, meskipun belum kembali secara seratus persen.

Dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa bagaimana dampak dari Bullying yang sangat berpengaruh pada orang-orang yang menjadi korban dari Bullying tersebut. Banyak kita lihat di berita-berita banyak anak atau remaja yang menjadi korban dari Bullying bahkan tidakan Bullying yang menghilangkan nyawa korbannya. Mungkin dari kalian sudah pernah atau sering melihat Bullying terjadi bukan dibangku sekolah bukan hanya terjadi di bangku SMP atau SMA saja melainkan juga pada anak-anak SD.

sumber : https://retizen.id/posts/171278/hubungan-antara-bullying-dengan-rasa-percaya-diri
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler