Kunjungan Komisioner HAM PBB Tinjau Pengungsi Rohingya di Bangladesh Dinilai Strategis

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta warga Rohingya

REUTERS/Cathal McNaughton
Pengungsi Rohingya mengantre untuk mendapatkan bantuan di Cox Bazar, Bagladesh (ilustrasi). Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta warga Rohingya
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA— Komisioner Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Michelle Bachelet tiba di Bangladesh pada Ahad untuk memulai kunjungan resmi yang bertujuan menilai kondisi HAM serta meninjau para pengungsi Rohingya asal Myanmar.

Baca Juga


Menteri Luar Negeri Bangladesh, AK Abdul Momen, menyambut Bachelet di bandara Dhaka, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Bangladesh.

Ini adalah perjalanan resmi pertama kepala HAM PBB ke Bangladesh, negara berpenduduk lebih dari 165 juta orang.

Selama kunjungannya, Bachelet akan bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, anggota kabinetnya, dan anggota masyarakat sipil.

Dia juga akan berinteraksi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Bangladesh dan perwakilan pemuda.

Bachelet juga direncanakan bertemu dengan para pengungsi Rohingnya di distrik perbatasan Cox's Bazar.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta warga Rohingya, yang sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras militer di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, pada Agustus 2017.

Kunjungan Bachelet pada malam peringatan lima tahun eksodus Rohingya di Bangladesh dianggap penting.

Sembilan badan hak asasi internasional telah meminta Bachelet untuk menekan pemerintah Bangladesh guna memperbaiki situasi HAM di negara itu, di tengah meningkatnya insiden pembunuhan di luar proses hukum, penghilangan paksa, penyiksaan dalam tahanan polisi, dan intimidasi terhadap pengkritik pemerintah di bawah undang-undang keamanan digital yang kontroversial.

Namun, Kementerian Luar Negeri Bangladesh menepis gagasan tersebut.

"Bangladesh sangat menolak beberapa upaya bermotivasi politik yang terlihat dari beberapa sudut untuk menyesatkan orang-orang dengan menunjukkan kunjungan Komisaris Tinggi PBB yang akan datang sebagai kesempatan untuk memberikan tekanan yang tidak semestinya kepada pemerintah," kata kementerian tersebut.          

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler