Putin Tuduh AS Ciptakan Konflik untuk Pertahankan Hegemoni

Putin sebut AS berusaha mendorong permusuhan yang berkepanjangan di Ukraina.

AP/Mikhail Klimentyev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat (AS) berusaha mendorong permusuhan yang berkepanjangan di Ukraina.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat (AS) berusaha mendorong permusuhan yang berkepanjangan di Ukraina. Tindakan bermusuhan ini dinilai sebagai upaya Washington untuk mempertahankan hegemoni globalnya.

"Mereka membutuhkan konflik untuk mempertahankan hegemoni mereka," ujar Putin. "Itulah mengapa mereka mengubah orang Ukraina menjadi umpan meriam."

Berbicara pada konferensi keamanan yang dihadiri oleh pejabat militer dari Afrika, Asia, dan Amerika Latin, pada Selasa (16/8), Putin menegaskan kembali klaim lama yang sering diulang. Keputusannya mengirim pasukan ke Ukraina sebagai tanggapan terhadap AS yang mengubah negara itu menjadi benteng anti-Rusia.

"Situasi di Ukraina menunjukkan bahwa Amerika Serikat sedang mencoba untuk menarik konflik keluar," ujar Putin.

Putin bahkan menyatakan, AS saat ini sedang bertindak dengan cara yang persis seperti yang terjadi di Ukraina. "Mencoba untuk memicu konflik di Asia, Afrika dan Amerika Latin," katanya.

Pidato tersebut merupakan upaya terbaru oleh pemimpin Istana Kremlin untuk menggalang dukungan di tengah sanksi Barat yang menargetkan ekonomi dan keuangan Moskow. Saksi yang diberikan juga menghantam kepada struktur pemerintahannya, pejabat tinggi, dan bisnis atas tindakan Moskow di Kiev sejak 27 Februari.

Putin juga menarik persamaan antara AS yang mendukung Ukraina dan kunjungan baru-baru ini ke Taiwan oleh Ketua House of Representatives AS Nancy Pelosi. Dia menuduh bahwa keduanya adalah bagian dari dugaan upaya Washington untuk memicu ketidakstabilan global.

"Petualangan Amerika di Taiwan bukan hanya perjalanan politisi yang tidak bertanggung jawab," ujar Putin.

Menurut presiden Rusia itu, keputusan kunjungan tersebut adalah bagian dari strategi AS yang disengaja dan sadar untuk dimaksudkan mengacaukan situasi. Tindakan itu dinilai dirancang dalam menciptakan kekacauan di kawasan dan seluruh dunia.

"Sebuah demonstrasi terang-terangan tidak menghormati kedaulatan negara lain dan kewajiban internasionalnya sendiri,” kata Putin.

Pemimpin Rusia mengklaim bahwa elit globalis Barat mencoba untuk mengalihkan kesalahan atas kegagalan mereka sendiri ke Rusia dan Cina. "Tidak peduli seberapa keras penerima manfaat dari model globalis saat ini mencoba untuk berpegang teguh pada itu, itu akan hancur," ujarnya.

“Era tatanan dunia unipolar hampir berakhir,” tambahnya.



Berbicara pada konferensi yang sama, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menuduh, sekutu Barat memberikan pasokan senjata ke Ukraina. Selain itu mereka juga memberikan informasi intelijen terperinci dan mengerahkan instruktur untuk membantu militer Ukraina mengoperasikan sistem senjata.

“Badan intelijen Barat tidak hanya menyediakan koordinat target untuk meluncurkan serangan, tetapi spesialis Barat juga telah mengawasi input data tersebut ke dalam sistem senjata,” kata Shoigu.

Shoigu menepis tuduhan bahwa Rusia berpotensi menggunakan senjata nuklir atau kimia dalam konflik yang terjadi di Ukraina. Dia menegaskan tuduhan tersebut sebagai kebohongan mutlak.

“Dari sudut pandang militer, tidak perlu menggunakan senjata nuklir di Ukraina untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” kata Shoigu. “Misi utama pasukan nuklir Rusia adalah memberikan pencegah terhadap serangan nuklir.”

Shoigu menambahkan bahwa klaim kemungkinan serangan kimia oleh Rusia sama-sama tidak masuk akal. Dia mengatakan, Moskow sepenuhnya melikuidasi persediaan senjata kimianya sesuai dengan perjanjian internasional yang melarang senjata kimia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler