Liga Muslim Dunia: Penikaman Salman Rushdie tak Diterima Islam
Meski dipandang menghina Islam, kekerasan terhadap Rushdie tetap tidak diperkenankan.
REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Muhammad bin Abdul Karim al-Issa mengatakan, aksi penyerangan terhadap penulis kontroversial Salman Rushdie adalah kejahatan yang tak diterima Islam. Meski buku karya Rushdie, yakni “The Satanic Verses”, dipandang menghina Islam, hal itu tak serta merta tindakan kekerasan diperkenankan terhadapnya.
“Islam menentang kekerasan dan tidak pernah bisa mengakui metode kekerasan apa pun. Isu-isu agama dan intelektual, termasuk ungkapan-ungkapan yang mungkin dibaca secara keseluruhan atau sebagian sebagai ofensif, tidak akan pernah bisa ditangani dengan cara-cara kekerasan ini,” kata al-Issa saat diwawancara Arab News di sela-sela konferensi dialog antaragama di Rimini, Italia, Senin (22/8/2022).
Al-Issa, yang pernah menjabat sebagai menteri kehakiman Arab Saudi menekankan, orang Mukmin harus mencintai semua orang, bahkan jika mereka tidak setuju atau berseberangan dengan individu-individu tertentu. “Orang beriman tahu bahwa cinta dan belas kasihan dibutuhkan dalam hidup ini. Cinta adalah kehidupan, koeksistensi, kedamaian, harmoni,” ucap tokoh.
Menurutnya, dialog lintas agama untuk mendorong koeksistensi damai antar-agama sangat diperlukan. Tujuannya yakni menghilangkan semua kesalahpahaman dan mengklarifikasi kebenaran, baik di dalam maupun di luar dunia Islam, mencakup Muslim serta non-Muslim. “Dialog adalah bahasa yang masuk akal, dari yang bijak. Jika semua orang mempraktikkannya, kita semua menjadi dekat dan pendekatan ini menghilangkan ketakutan orang lain,” kata al-Issa.
Tokoh yang saat ini turut menjabat sebagai presiden Organisasi Halal Islam Internasional itu menekankan, semua manusia berbagi kehidupan di bumi. Oleh sebab itu dialog dibutuhkan untuk memahami satu sama lain.
“Perbedaan antara manusia kembali ke penciptaan manusia. Jika Tuhan berkehendak, Dia hanya dapat menciptakan satu kelompok etnis atau satu agama. Tapi dia tidak melakukannya, dan kita harus percaya pada kebijaksanaannya,” ujar al-Issa.
Salman Rushdie (75 tahun) ditikam saat hendak memberikan kuliah tentang kebebasan artistik di Chautauqua Institution, New York, Amerika Serikat (AS), 12 Agustus lalu. Pelaku penikaman adalah Hadi Matar, seorang pria keturunan Lebanon berusia 24 tahun yang besar di AS. Matar didakwa dengan pasal percobaan pembunuhan tingkat dua dan pasal penyerangan. Ia terancam hukuman 25 tahun penjara.
Namun Matar telah mengaku tak bersalah atas aksi penusukan yang dilakukannya terhadap Rushdie. Persidangan kasusnya dijadwalkan dilanjutkan pada September mendatang.
Selama lebih dari 30 tahun, Salman Rushdie kerap menerima ancaman pembunuhan. Hal itu karena bukunya kontroversialnya yang berjudul "The Satanic Verses". Buku yang diterbitkan pada 1988 itu dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Beberapa bulan setelah bukunya dirilis, pemimpin tertinggi Iran pada era itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan dekret yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie. Hingga kini dekret tersebut belum dicabut. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, dekret yang diterbitkan Khomeini tak bisa dibatalkan.