Jepang akan Bantu Sri Lanka Selesaikan Krisis Keuangan

Jepang bersedia menjadi tuan rumah untuk konferensi bantu selesaikan utang Sri Lanka.

EPA-EFE/SONNY TUMBELAKA
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki. Jepang akan berkoordinasi dengan kreditur lain untuk menyelesaikan krisis keuangan yang semakin dalam di Sri Lanka.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang akan berkoordinasi dengan kreditur lain untuk menyelesaikan krisis keuangan yang semakin dalam di Sri Lanka. Menteri Keuangan, Shunichi Suzuki, pada Selasa (30/8/2022) mendesak semua negara kreditur untuk berkumpul dan membahas utang Sri Lanka.

Baca Juga


"Kami prihatin dengan situasi sosial ekonomi yang parah di Sri Lanka," kata Suzuki kepada wartawan.

Suzuki mengatakan, Sri Lanka harus mempercepat pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang bailout. Sementara semua kreditur bilateral, termasuk China dan India harus berkumpul untuk membahas masalah tersebut.

"Jepang ingin secara aktif bekerja sama dengan negara kreditur lain dan organisasi publik," kata Suzuki.

Jepang berusaha untuk menyelenggarakan konferensi dengan mengundang semua kreditur. Jepang berharap konferensi itu bisa membantu menyelesaikan krisis utang Sri Lanka. Sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters, Jepang terbuka menjadi tuan rumah untuk konferensi itu.

Sebelumnya Presiden Ranil Wickremesinghe mengatakan, Sri Lanka akan meminta Jepang untuk mengundang negara-negara kreditur utama untuk membicarakan restrukturisasi utang bilateral. Dia akan membahas masalah ini dengan Perdana Menteri Fumio Kishida di Tokyo pada September mendatang.

"Saya percaya penting bagi pemerintah Sri Lanka untuk mencoba memperbaiki kondisi ekonomi dan fiskal dengan berkoordinasi dengan IMF, Paris Club (negara-negara kreditor utama) dan lainnya, sambil menjaga transparansi," kata Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi.  

"Kami berencana untuk mempertimbangkan tanggapan, sambil mengamati situasi di Sri Lanka, dan berkonsultasi dengan Sri Lanka, termasuk donor lain, dan organisasi internasional," lanjut Hayashi.

Sri Lanka memiliki utang sebesar 114 persen dari output ekonomi tahunan. Negara tersebut berada dalam pergolakan sosial dan keuangan akibat dampak pandemi Covid-19, cadangan devisa yang sangat menipis, dan inflasi yang tak terkendali.

Sebuah tim IMF bertemu Wickremesinghe untuk membahas bailout. Termasuk restrukturisasi utang sebesar 29 miliar dolar AS. Sri Lanka menginginkan program bantuan IMF senilai 3 miliar dolar AS.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler