Kiat Mendorong Potensi Ekonomi Digital Lewat Kampus
Lingkungan kampus merupakan pintu masuk pendidikan digital yang stategis
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Berdasarkan Perhitungan Gross Merchandise Value (GMV), Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan potensi Ekonomi Digital Indonesia (EDI) terbesar di ASEAN. Prestasi itu mengalahkan Vietnam, Singapura, Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Menurut catatan, proyeksi kontribusi EDI terhadap Gross Domestic Product (GDP) mencapai Rp 632 trilun di 2020, dimana E-Commerce dan turunannya menjadi sektor dengan kontribusi terbesar, 52 persen. Capaian ini, diprediksikan akan meningkat delapan kali lipat di 2030, dengan potensi EDI Rp 4.531 triliun. Perkiraan ini, berkaca pada peningkatan persentase penetrasi internet di Indonesia dari 2018-2022 yang terus mengalami peningkatan, saat ini mencapai 77,02 persen atau sebanyak 210.026.769 orang yang sudah terkoneksi internet dari total populasi 272.682.600 jiwa.
Pengamat ekonomi dan bisnis Maria Y. Benyamin mengatakan lingkungan kampus merupakan pintu masuk pendidikan digital yang stategis, dimana mahasiswa dapat menjadi penebar benih-benih inklusi dan literasi kepada masyarakat. Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia ini juga mengingatkan bahwa saat ini Indonesia tengah berada dalam lompatan transformasi digital yang cukup masif.
Hal ini, kata dia, perlu diimbangi dengan pengoptimalan literasi digital di Indonesia, yang saat ini masih cukup rendah. Mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika, indeks literasi digital Indonesia peringkat 56 dari 63 negara. “Harapannya Bisnis Indonesia Goes to Campus (BGTC) 2022 akan meningkatkan indeks literasi digital di Indonesia, sehingga kita mampu menangkap momentum pertumbuhan ekonomi pada era digital,” katanya.
Menurutnya, hingga saat ini ekonomi digital telah berperan besar dalam melahirkan lebih banyak usaha dalam bidang keuangan hingga kesehatan. Mengutip laporan Startup Ranking, jumlah startup Indonesia sebanyak lebih dari 2.300 perusahaan pada 2022, kelima terbesar di dunia.
Oleh karenanya, satu hal yang menjadi fokus BGTC 2022 adalah digitalisasi sektor keuangan. Meskipun laju inklusi keuangan di Indonesia terbilang tinggi, data Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan sebesar 76,19 persen (2019), tetapi tingkat literasi keuangan Indonesia hanya 38,03 persen (2019), kata Maria. Adapun inklusi keuangan menembus 83,6 persen pada 2021 dari target 2024 sebesar 90 persen.
“Di tengah gempuran produk keuangan digital, literasi terhadap produk-produk yang berkaitan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan secara signifikan,” kata dia.
“Dengan begitu, masyarakat bukan hanya memiliki akses terhadap produk keuangan melalui kanal digital, tetapi juga memahami secara utuh fungsi dan risikonya,” sambung Maria.
Selain produk keuangan, fungsi jurnalistik di era digital juga menjadi sorotan BGTC. Media sosial yang telah berubah peran menjadi salah satu sumber informasi utama masyarakat sering kali membuat pemahaman yang keliru, bahkan tidak jarang disinformasi. “Di situlah peran media harus ditingkatkan,” tegas Maria.
Pada kegiatan perdana BGTC tersebut, Bisnis Indonesia akan menggelar sebuah talkshow bertema Digitalisasi Sektor Keuangan. Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture an Community Telkom Indonesia Hikmatullah Insan Purnama, Direktur Eksekutif pada Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto, dan Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang sebagai narasumber.
Hadir juga CEO No Limit, Aqsath Rasyid sebagai pembicara pada Inspiration Talk. Acara ditutup dengan Kelas Jurnalistik oleh Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Rahayuningsih.
Selanjutnya setelah ITB, BGTC 2022 akan mengunjungi sejumlah kampus lain di Bogor, Surabaya, Jakarta, Pekanbaru, Makassar. Rencananya rangkaian acara akan ditutup di Samarinda pada September 2022.