Mahasiswa UIN Walisongo Ciptakan Alat Penentu Arah Kiblat Robotik

Qibla Box telah dilengkapi dengan chip kompas dan GPS.

Istimewa
Alat penentu arah kiblat ‘Qibla Box’, karya inovasi mahasiswa S2 Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Fajrullah, saat dipaparkan cara dan penggunaannnya.
Rep: Bowo Pribadi Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Terinspirasi oleh permasalahan penggunaan instrumen penentu arah kiblat yang sangat bergantung dengan cahaya matahari, seorang mahasiswa magister Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, menciptakan alat penentu arah kiblat robotik.

Fajrullah, mahasiswa asal Palu, Sulawesi Tengah ini, menciptakan alat yang diberi nama ‘Qibla Box’, yang juga merupakan produk penelitian tesisnya dengan judul 'Qibla Box dalam Penentuan Arah Kiblat'.

Berkat keuletannya, inovasi Qibla Box tersebut dinobatkan sebagai tesis terbaik tingkat universitas yang diumumkan bersamaan pelaksanaan wisuda periode Agustus 2022 di Auditorium kampus 3 UIN Walisongo Semarang, belum lama ini.   

Menurut Fajrullah, penelitian dan inovasi yang diciptakannya ini terispirasi oleh permasalahan penggunaan instrumen-instrumen penentu arah kiblat yang sangat bergantung kepada cahaya matahari.

Tentu akan menjadi sebuah masalah ketika penentuan arah kiblat dilakukan di ruangan tertutup karena cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam ruangan tersebut, atau penentuan arah kiblat juga akan terkendala apabila dilakukan pada malam hari.

Karena itu ia pun melakukan penelitian dan melakukan inovasi dengan menciptakan alat penentu arah kiblat yang dapat digunakan setiap saat. “Hingga akhirnya tercetus untuk membuat Qibla Box ini,” jelasnya, di Semarang.

Mahasiswa yang akrab disapa Fajrul ini menambahkan, berbagai permasalahan-permasalahan penentuan arah kiblat tersebut akan dapat diatasi dengan alat Qibla Box yang dalam penggunaannya tidak bergantung pada cahaya matahari.

Qibla Box telah dilengkapi dengan chip kompas dan GPS yang secara otomatis dapat terkoneksi dengan satelit. Bahkan Qibla Box juga memiliki harga relatif murah dibandingkan dengan instrumen- instrumen penentu arah kiblat lainnya, yang harganya mencapai belasan juta rupiah.

Karena perancangan dan perakitan Qibla Box hanya membutuhkan biaya yang lebih terjangkau, sekitar Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Selain itu, komponen-komponennya juga dapat dibeli dengan mudah.

Kelebihan lainnya, secara garis besar Qibla Box merupakan instrumen robotik. Alat ini juga memiliki kelebihan perhitungan (algortima) arah kiblat di suatu tempat, yang dapat diketahui secara langsung tanpa melakukan perhitungan arah kiblat secara manual.

Penggunaan Qibla Box tidak membutuhkan waktu yang lama karena dapat dilakukan dengan sangat sederhana dan mudah. Cukup dengan menyambungkan kabel yang sudah terkoneksi pada Qibla Box dengan power bank.

Kemudian memutar Qibla Box hingga angka koreksi pada layar LCD Qibla Box menjadi 0°. “Jika angka ini telah dicapai, artinya Qibla Box telah menghadap dan menunjukkan arah kiblat,” tegasnya.

Fajrul menambahkan, Qibla Box yang diciptakannya bukanlah karya yang sempurna, namun masih memiliki banyak kekurangan yang perlu disempurnakan lagi, agar dapat dikembangkan lebih baik lagi.

Lebih dari itu, ia juga berharap Qibla Box dapat menjawab permasalah penentuan arah kiblat yang ada. “Saya juga berharap, masyarakat umum pun dapat menggunakannya dalam penentuan arah kiblat dengan peralatan yang relatif lebih mudah dan efisien,” ujar dia.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler