Penyesuaian Harga BBM, Pakar: Momentum Alihkan APBN untuk yang Berhak

Penyesuaian harga BBM harus benar-benar tepat guna dan maksimalkan EBT

Prayogi/Republika.
Petugas membatu konsumen mengisi BBM jenis pertalite di SPBU Kawasan MT Haryono, Jakarta, Jumat (2/9/2022). Pemerintah dan Pertamina terus berupaya memastikan subsidi BBM menjadi lebih tepat sasaran, sebagai bentuk perlindungan kepada masyarakat yang memang berhak menikmati subsidi BBM. Prayogi/Republika.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah akhirnya menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi  pada hari ini, Sabtu (3/9/2022).

Baca Juga


Penyesuaian harga BBM subsidi oleh Pemerintah merupakan sebuah momentum terbaik untuk bisa mengalihkan APBN dan memaksimalkan pemanfaatan  Energi Baru Terbarukan (EBT). 

Salah satunya adalah dengan melakukan penyesuaian harga BBM dan difokuskan hanya untuk masyarakat yang membutuhkan saja. 

Pasalnya, menurut Pemerhati politik internasional dan isu-isu strategis, Prof Imron Cotan, menyatakan bahwa selama ini terdapat sekitar 20 persen APBN yang terkunci untuk pemberian subsidi yang tidak sehat karena tak tepat sasaran.  

“Kurang lebih 20 persen dari APBN kita itu terkunci untuk subsidi, dan itu tidak sehat karena yang selama ini terjadi tidak tepat sasaran,” katanya.  

Maka dari itu harus segera dilakukan penajaman subsidi agar APBN tidak tertekan, yang mana beliau menambahkan bahwa jika hal tersebut tidak segera dilakukan justru kecukupan anggaran akan habis di bulan September ini.  

“Ini penajaman penggunaan subsidi sehingga APBN kita tidak tertekan, yang mana sekarang ada Rp 502 triliun, sudah disisihkan dan September ini akan habis. Kalau diteruskan di September, kita harus nambah lagi Rp 198 triliun,” kata dia, dalam keterangannya, Sabtu (3/9/2022).   

Bukan hanya itu, sejatinya penggunaan minyak dengan berbahan fosil di lain sisi juga memiliki banyak dampak buruk. 

Pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia tersebut menambahkan bahwa grafik harga minyak dunia sendiri terus mengalami peningkatan sejak 50 tahun terakhir.  

Di sisi lain, keberadaan akan energi berbahan fosil sangatlah terbatas jika terus menerus dieksploitasi dan mampu memproduksi karbondioksida yang meracuni. 

Dirinya menyatakan Pemerintah RI memiliki target supaya bisa melakukan 30 persen reduksi emisi karbon untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. 

Sementara, hal tersebut akan sulit dicapai apabila APBN terus terkunci hanya untuk memberikan subsidi BBM. 

“Oleh karena itu momentum strategis ini harus dimanfaatkan untuk mengalihkan atau setidak-tidaknya membaurkannya dengan energi terbarukan, menuju pada secara total menggunakan energi baru dan terbarukan,” tutur Prof Imron. 

Menurutnya Indonesia sendiri sangat memiliki potensi pemanfaatan EBT melimpah sehingga memang sudah saatnya efisiensi APBN dilakukan dengan memberlakukan penyesuaian harga BBM.  

“Indonesia bisa sekali, karena tenaga listrik, air ada, surya melimpah sepanjang tahun, kita manfaatkan momentum ini untuk mempersiapkan SDM juga. Gas bumi kita juga praktis melimpah. Namun selama ini tidak dimanfaatkan karena terbuai dengan subsidi,” kata dia.  

Baca juga: 2 Tipe Umat Islam yang Berpotensi Picu Kerusakan Agama, Siapa Mereka?   

Prof Imron Cotan juga mengaku bahwa upaya penyesuaian harga BBM bersubsidi dilakukan demi bisa menghadirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat sehingga sudah sepatutnya rakyat memberikan apresiasi akan kebijakan tersebut dan mendukung sepenuhnya.  

“Jadi mari kita tunjukkan kesatuan dan persatuan Bangsa karena tujuan dari Pemerintah itu menghadirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat, subsidi itu tidak lagi semata-mata pada komoditas, tapi kepada masyarakat yang membutuhkan. Maka kita harusnya mengapresiasi daripada harus melawan kebijakan tersebut,” ujar dia.  

Kenaikan harga BBM disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers bersama Presiden Joko Widodo. "Ini berlaku satu jam setelah pengumuman penyesuaian harga," ujar Arifin. 

Berikut harga baru BBM subsidi:

  • Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter
  • Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter
  • Pertamax Rp 12.500 per litar menjadi Rp 14.500 per liter

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler