Mewujudkan Udara Bersih tak Bisa Hanya Mengandalkan Pemerintah

Siswa-siswi SD, SMP, SMA hendaknya bersepeda ke sekolah karena ada zonasi.

Istimewa
Peringatan Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mencapai kualitas udara yang lebih baik, seluruh elemen masyarakat harus terlibat untuk mewujudkannya. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja.

"Kita harus lebih memasyarakatkan Hari Udara Bersih, supaya semua masyarakat merasa bertanggung jawab dan menjaga kualitas udara," kata Sekretaris Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Tulus Laksono saat memperingati Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru di Jakarta, Rabu (7/9/2022).



Dia menyampaikan, dengan melihat semakin tingginya kepedulian masyarakat, seharusnya target mencapai kualitas udara lebih mudah tercapai. "Tentunya dengan animo dan kepedulian masyarakat yang lebih tinggi, terutama para generasi muda. Karena sejatinya, udara dan semua lingkungan ini merupakan pinjaman dari generasi setelah kita. Sehingga perlu jaga kualitasnya dengan baik," tutur Tulus.

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK, Luckmi Purwandari berharap, diadakannya peringatan Hari Udara Bersih Internasional dapat menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang udara bersih. "Saya mengharapkan warga Indonesia menyadari bahwa udara bersih adalah hak kita bersama dan sekaligus menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya," kata Luckmi.

Untuk mewujudkannya, kata dia, dibutuhkan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama semua pihak. "Baik itu pemerintah, masyarakat atau komunitas, pelaku usaha, civitas academica, dan media sosial. Harus bersinergi dan bersama sama, terus menerus dan tidak berhenti untuk mewujudkan udara yang lebih bersih. Sehingga betul betul menjadi budaya bangsa Indonesia," tutur Luckmi.

Dia menargetkan, ke depannya, semakin banyak praktik perbaikan kualitas udara yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya, siswa-siswi SD, SMP, SMA bersepeda ke sekolah karena ada zonasi sehingga berangkat ke sekolah tidak terlalu jauh. Pun ada program sekolah ramah pesepeda, kabupaten/kota ramah pesepeda, banyak warga yang lebih senang menggunakan transportasi publik, bertambahnya ruang terbuka hijau, dan zona low emision.

"Usaha atau kegiatan yang menghasilkan emisi baik gas maupun debu dapat konsisten mengendalikan dan mengurangi beban emisi yang dihasilkannya," kata Luckmi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler