Seorang Muslim tidak Boleh Terbawa Arus

Seorang Muslim tidak Boleh Terbawa Arus

Dok Republika
Seorang Muslim tidak Boleh Terbawa Arus. Foto; Masjid (ilustrasi)
Rep: Wahyu Suryana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengurus TQN Al Utsmaniyyah, Ustaz Tajul Muluk mengatakan, Rasulullah SAW pada masa muda sosok yang menjaga pergaulan. Karenanya, ia berpesan agar anak muda membatasi diri dari pergaulan besar dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Rasulullah SAW, lanjut Tajul, mengajarkan kita bersikap dan berfikir kritis terhadap lingkungan. Seorang Muslim tidak boleh mudah terseret arus. Apalagi, di dunia sosial media, bila memiliki teman yang toxic, maka perlu membatasi diri.

"Jangan sampai pikiran kita terbawa hal-hal negatif yang tersebar di sosial media," kata Tajul dalam Stadium General Taklim Perdana yang digelar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII).

Taklim Perdana ini mengawali rangkaian Pengembangan Diri Qurani (PDQ) semester ganjil tahun akademik 2022/2023. Peserta taklim perdana ini merupakan mahasiswa FMIPA UII angkatan 2021 dan 2022 dengan jumlah kurang lebih 683 mahasiswa.

Acara Taklim Perdana dimaksudkan memotivasi mahasiswa semakin semangat mendalami nilai-nilai Islam. Selaras tema acara 'Mahasiswa Sebagai Generasi Qurani Masa Depan', terselip pesan membentuk karakter pribadi mencerminkan Islam Ulil Albab.

Tajul mengingatkan, Alquran menjadi peta, petunjuk dan sumber yang sangat jelas kebenarannya. Kita sebagai makhluk Allah SWT harus sering berinteraksi dengan Alquran. Interaksi ini membawa kita menemukan banyak wawasan dan keilmuwan.

"Keilmuan yang menginspirasi, dan sebagai referensi untuk melakukan riset-riset sains, sehingga membuat kita menjadi orang-orang yang memiliki intelektual yang tinggi dan berkarakter islami," ujar Tajul.

Dekan Fakultas FMIPA UII, Prof Riyanto menuturkan, slogan FMIPA merupakan Start Kuliah, Start Taklim. Ciri khas dari UII sendiri melahirkan alumni-alumni yang memiliki karakter yang baik dan memiliki nilai-nilai keislaman dalam hidupnya.

Taklim ini merupakan salah satu sarana yang sangat baik untuk membentengi diri anak-anak mahasiswa untuk dapat menjaga diri dari pergaulan bebas. Sehingga, harapannya mahasiswa FMIPA UII menjadi sosok yang memiliki keilmuan yang cerdas.

Baca Juga


 
"Karakter dan nilai keislaman yang baik, serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi," kata Riyanto.

Senada, Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII, Ahmad Sadzali menambahkan, taklim ini tidak terpisahkan kuliah akademik di kampus. Program bersifat wajib dan outputnya berbentuk SKP.

"Kelulusan dari program Pengembangan Diri Qurani (PDQ) ini juga menjadi salah satu syarat untuk dapat mengikuti kegiatan KKN nantinya," ujar Sadzali.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler