Wah, Penjualan Sari Roti Melonjak Padahal Harga Komoditas Naik, Apa Rahasianya?
Sari roti memperluas sebaran distribusi, baik pada kanal modern maupun kanal tradisional.
JAKARTA, KAREBA -- Hai, apa kareba? Apakah kalian tahu atau pernah dengar Sari Roti? Itu loh, produk roti tawar ataupun roti manis dengan aneka topping yang banyak dijajakan di toko-toko swalyan be-AC juga armada gerobak.
Pemegang merek Sari Roti adalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Baru-baru ini, mereka mencatatkan penjualan bersih Rp 1.792 miliar pada semester pertama 2022. Perolehan tersebut naik 15,1 persen dibanding periode sama tahun lalu (year on year/ YoY).
Berdasarkan pemetaan operasional, Wilayah Barat dan Timur terus meningkatkan penjualan hingga mencapai Rp 798,2 miliar yang tumbuh 19,3 persen YoY. Sedangkan wilayah Tengah tetap menjadi kontributor terbesar dengan membukukan penjualan Rp 993,6 miliar atau naik 11,9 persen.
Direktur Perseroan, Arlina Sofia, mengatakan pertumbuhan penjualan yang signifikan pada semester pertama tahun ini utamanya merupakan hasil dari penerapan strategi perusahaan yang akurat untuk menambah pabrik. Serta memperluas sebaran distribusi, baik pada kanal modern maupun kanal tradisional.
"Sehingga kami mampu menangkap peningkatan permintaan dari produk roti yang juga ikut terdorong oleh pemulihan pandemi Covid-19," kata Arlina dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9).
Arlina mengakui kenaikan harga komoditas menjadi salah satu tantangan dalam mengelola biaya produksi. Namun perseroan masih mampu meraih laba kotor Rp 920,1 miliar atau tetap tumbuh 8,0 persen kendati biaya bahan baku dan kemasan melonjak sekitar 31,6 persen.
Peningkatan produktifitas operasional turut meningkatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp 137,3 miliar. Atau setara dengan pertumbuhan 12,7 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu.
Sari Roti saat mengoperasikan 14 pabrik berlokasi strategis. Sebaran distribusinya mencakup lebih dari 70 ribu outlet di seluruh Indonesia. Realisasi Belanja Modal (Capex) hingga semester pertama mencapai Rp 75 miliar. Ini setara dengan 50,0 persen penyerapan dibandingkan dengan Rp 150 miliar yang dianggarkan untuk tahun 2022.