Pupuk Indonesia Grup Dukung Rehabilitasi Terumbu Karang

Program rehabilitasi terumbu karang ini bentuk kepedulian Pupuk Indonesia Grup

Antara/Jojon
Pupuk Indonesia Grup mendukung rehabilitasi terumbu karang melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang salah satunya dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim yang merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero). (ilustrasi)
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pupuk Indonesia Grup mendukung rehabilitasi terumbu karang melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang salah satunya dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim yang merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero).

"Program rehabilitasi terumbu karang ini bentuk kepedulian Pupuk Indonesia Grup dalam memulihkan kembali fungsi dan peranan ekosistem terumbu karang sebagai habitat laut," kata SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (27/9/2022).

Pupuk Kaltim telah menjalankan program rehabilitasi terumbu karang sejak tahun 2009 atau sudah selama 12 tahun di perairan Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim). Tercatat hingga 2021, sebanyak 8.822 terumbu buatan diturunkan dari awal hanya 256 unit berbentuk formasi lingkaran, dan kini formasinya sudah beragam dengan 38 genus karang di area rehabilitasi.

Sebanyak 8.822 unit terumbu karang buatan ini telah diturunkan secara bertahap sejak tahun 2009 di area rehabilitasi mencapai 8.356 meter persegi, dengan rata-rata penurunan terumbu karang sebanyak 500 unit per tahunnya.

Dalam proses rehabilitasi terumbu karang ini, kata Wijaya, Pupuk Indonesia melalui Pupuk Kaltim juga memperdayakan kelompok nelayan Kimasea yang berada di Kelurahan Loktuan, Bontang Utara. Keterlibatan nelayan setempat ini merupakan hasil musyawarah dengan pemerintah Kota Bontang melalui Kelurahan Loktuan agar masyarakat ikut andil dalam menjaga ekosistem perairan.

Seluruh anggota kelompok dibekali berbagai keterampilan, mulai dari pelatihan pembuatan media terumbu buatan, hingga kemampuan teknik transplantasi terumbu dan sertifikasi menyelam. Mereka juga berperan dalam menjaga konservasi terumbu, dengan melakukan pemantauan secara rutin dan mengedukasi nelayan lain untuk tidak lagi menangkap ikan secara destruktif.

"Kelompok Kimasea kini secara sukarela bersedia menjaga terumbu karang buatan yang telah diturunkan secara berkala sejak tahun 2009," kata Wijaya.

Selain didapati 38 genus karang, kawasan rehabilitasi terumbu buatan juga mengalami peningkatan jenis ikan mencapai 38 spesies dari sebelumnya enam spesies, dengan indeks keanekaragaman hayati karang 3,21 dan ikan 1,94 dalam satu tahun.

Jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar terumbu buatan PKT adalah ikan kepe-kepe (butterflyfish), kakatua (parrotfish), kakap (snapper), kerapu (grouper), botana (surgeonfish), baronang (rabbitfish), ikan ekor kuning (fusilier), ikan bibir tebal (sweet lips), dan udang mantis.

Dari jenis tersebut, ikan yang dominan ditemukan pada kurun 2009-2016 yakni ikan pemakan algae pada permukaan terumbu buatan seperti parrotfish, rabbitfish dan surgeonfish. Ada juga ikan fusilier yang merupakan pemakan plankton, yang tersebar di sekitar terumbu buatan.

Sedangkan pada 2017-2019, ditemukan ikan konsumsi dengan ukuran besar seperti kerapu (goupper) dengan ukuran lebih dari 30 cm. Jumlah ini pun semakin berkembang hingga 2021 seiring kenaikan jumlah penempelan karang pada terumbu pasca dilakukan transplantasi untuk mempercepat pertumbuhan. Pemantauan terumbu karang buatan ini pun rutin dilakukan oleh Departemen Lingkungan Hidup Pupuk Kaltim dan PKT Diving Club (PKTDC).

Ke depannya, Wijaya mengungkapkan bahwa Pupuk Indonesia melalui Pupuk Kaltim terus mengembangkan pengelolaan program rehabilitasi terumbuh karang secara berkesinambungan, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan lebih berperan dan berkomitmen menjaga ekosistem perairan secara konsisten.

"Langkah ini akan terus kita lanjutkan untuk mengembalikan populasi ikan dan terumbu, sehingga manfaat tak hanya dirasakan masyarakat dan daerah tapi juga ekosistem perairan secara luas," kata Wijaya.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler