Sebuah Virus Sebabkan Ratusan Sapi dan Kerbau di India Mati
Wabah virus ini telah memicu hilangnya pendapatan bagi peternak sapi.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebuah virus telah membunuh hampir 100 ribu sapi dan kerbau di India. Virus ini membuat lebih dari 2 juta sapi dan kerbau lainnya sakit.
Wabah virus ini telah memicu hilangnya pendapatan bagi peternak sapi. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga dapat menyebabkan penurunan produksi susu, hewan menjadi kurus, dan masalah kelahiran.
Penyakit yang disebut sebagai penyakit kulit kental ini disebarkan oleh serangga yang meminum darah seperti nyamuk dan kutu. Sapi dan kerbau yang terinfeksi virus mengalami demam dan timbul benjolan di kulitnya.
Kantor berita Press Trust of India melaporkan, virus telah menyebar ke 15 negara bagian dengan jumlah kematian sapi dan kerbau hampir dua kali lipat dalam tiga minggu. Pakar kebijakan pertanian di Kota Chandigarh, Devinder Sharma, mengatakan, penularan virus yang menyebar di antara sapi memiliki dampak yang tidak proporsional pada petani kecil. Banyak dari mereka telah melindungi diri dari guncangan perubahan iklim dengan memelihara sapi untuk diambil susunya.
"Ini adalah masalah yang serius dan ini (penyakit) telah berkembang sejak beberapa tahun terakhir," kata Sharma.
Kasus virus yang menyerang sapi dan kerbau pertama kali terdeteksi pada 2019. Sejak itu virus menyebar ke India, Cina, dan Nepal. Virus ini pertama kali ditemukan di Zambia pada 1929 dan telah meluas melalui Afrika. Bahkan baru-baru ini menyebar ke beberapa bagian Eropa.
Susu adalah salah satu komoditas pertanian terbesar di India, yang mempekerjakan 80 juta orang dan menyumbang perekonomian sebesar 5 persen. India adalah produsen susu terbesar di dunia. India menyumbang lebih dari seperlima dari total produksi global.
Pihak berwenang memvaksinasi sapi sehat menggunakan suntikan yang dirancang untuk penyakit serupa. Sementara upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif.
Pedalaman India yang luas sekarang diselingi oleh kuburan massal sapi. Di beberapa tempat, bangkai membusuk di tempat terbuka dan tangisan kesakitan hewan yang sakit bergema di desa-desa. Negara bagian Rajasthan Barat telah mengalami dampak terburuk. Sebanyak 60.000 ternak mati dan hampir 1,4 juta jatuh sakit.
“Penyakit ini menular. Sekarang bergeser dari barat ke timur,” ujar seorang direktur di Departemen Peternakan negara bagian Rajasthan, Narendra Mohan Singh.
Di perbatasan negara bagian Uttar Pradesh, yang terpadat di India, perdagangan dan pergerakan ternak dengan negara bagian tetangga telah dibatasi. Tapi seorang petani Amarnath Sharma di desa Milkipur mengatakan, mereka dibiarkan dalam kegelapan. Tiga dari lima sapi milik Sharma sakit. Dia telah mendengar tentang penyakit virus itu, tapi dia tidak tahu bagaimana membantu ternaknya.
“Jika hewan-hewan ini tidak mendapatkan pengobatan, mereka akan mati,” kata Sharma.
Petani di negara bagian yang terkena dampak, seperti Himalayan Himachal Pradesh, juga telah mendesak pemerintah untuk bantuan keuangan.
Sementara itu, seorang ilmuwan di Institute of Genomics and Integrative Biology di New Delhi, Vinod Scaria, mengatakan, sebuah studi tentang susunan genetik virus penyakit kulit kental menemukan bahwa, penyakit itu sangat berbeda dari versi sebelumnya. Virus berevolusi sepanjang waktu dan tidak semua perubahan ini berbahaya bagi kesehatan. Scaria mengatakan bahwa, penelitian mengungkapkan perlunya pemantauan dan pelacakan penyakit secara terus menerus karena tidak diketahui bagaimana virus berevolusi dalam dua tahun terakhir.
“Jika Anda memiliki pengawasan terus menerus, Anda akan siap,” kata Scaria.
Petani telah mengalami kerugian parah akibat peristiwa cuaca ekstrem selama setahun terakhir. Salah satunya gelombang panas yang memecahkan rekor di India sehingga mengurangi hasil panen gandum pada April. Sementara curah hujan tidak mencukupi di negara bagian timur seperti negara bagian Jharkhand. Tanaman musim dingin yang kering seperti kacang-kacangan, dan curah hujan tinggi pada September telah merusak panen di wilayah utara.