Persis Batal Tanding, Panpel Persis: Perlu Evaluasi Semua Elemen Penyelenggara
Suporter juga harus lebih tertib dan dewasa.
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO –- Pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang yang memakan korban ratusan jiwa. Panitia Pelaksana (Panpel) Persis Solo meminta evaluasi dari semua elemen penyelenggara selama jeda Liga 1 2022/2023.
"Tentu introspeksi dan evaluasi perlu untuk semua elemen penyelenggara. Kami berharap stadion menjadi tempat yang ramah untuk keluarga, penonton atau siapa pun," kata ketua Panpel Persis Solo, Ginda Ferachtriawan ketika dihubungi, Senin (3/10/2022).
Terkait dengan informasi penjualan tiket di Malang yang melebihi kapasitas Stadion Kanjuruhan, Ginda sudah mengantisipasi hal tersebut sebelum tiket dijual kepada khalayak umum ketika Persis Solo akan berlaga. Salah satunya dengan diskusi terlebih dahulu sebelum penjualan tiket.
"Kalau di Solo semua kami komunikasikan ke semua pihak 1 hari sebelum pertandingan. Misalnya Panpel (dengan manajemen Persis) selalu mengomunikasikan kapasitas dan tiket yang disiapkan," tegasnya.
Terkait pemberhentian pertandingan Liga 1 khususnya di Stadion Manahan, Ginda mengatakan belum berkomunikasi dengan pihak Liga Indonesia Baru (LIB) atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
"Sementara, kami belum berkomunikasi terkait pertandingan kedepannya bagaimana. Namun, setahu kami pertandingan dihentikan sementara dan tapi kami setuju," kata Ginda.
Selain itu, terkait dengan tragedi yang terjadi di Malang, Ginda menyampaikan duka cita. Ia juga mengatakan itu sebagai pembelajaran untuk evaluasi penyelenggaraan ajang sepak bola ke depannya.
"Saya turut berduka cita dan prihatin atas kejadian yang terjadi di Malang. Semoga ini adalah kejadian terakhir," terangnya.
Sementara itu, meski evaluasi diperlukan oleh pihak pelaksana. Namun menurut wakil presiden Pasoepati (salah satu suporter Persis Solo) Agus Ismiyadi suporter juga harus lebih tertib dan dewasa.
"Pesan saya sebagai suporter harus semakin dewasa. Maksudnya harus berlaku bijak dalam semua tindakan. Ya kecewa boleh-boleh saja tapi dalam batas sewajarnya. Rukun dengan suporter lawan. Rivalitas itu hanya di 90 menit pertandingan setelah itu kita semua saudara," katanya.
Agus berharap tragedi Kanjuruhan menjadi yang terakhir kalinya di dunia sepakbola Indonesia. Kedepan, pihaknya juga akan berusaha menjalin komunikasi lebih baik, khususnya pada suporter tim lawan.
"Cukup ini yang terakhir, bahkan tadi malam saya sempat mengobrol kepada teman-teman. Ada kesepakatan dari kami sendiri untuk berusaha menjalin komunikasi dengan teman-teman Jogja (suporter PSIM Yogyakarta) biar tidak ada kejadian seperti ini dikemudian hari," pungkasnya.