Spekulasi Atas Pertemuan Megawati dan Jokowi Seusai Anies Diusung Jadi Capres

Jokowi diyakini diminta oleh Megawati untuk mendukung Puan Maharani menjadi capres.

Istimewa
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) bersama Presiden Joko Widodo (kanan) di sela pertemuan di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/10/2022).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Shabrina Zakaria, Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro, Amri Amrullah

Baca Juga


Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Sabtu (8/10/2022) mengadakan pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Istana Batutulis, Kota Bogor, Jawa Barat. Pertemuan berlangsung selama dua jam membicarakan sejumlah hal termasuk politik.

 

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menerangkan, hal-hal terkait agenda Pemilu 2024 tidak luput dari pembahasan antara Megawati dan Jokowi. Hasto mengingatkan, Pemilu adalah momentum mempersiapkan pemimpin bangsa, Sehingga PDIP mencari sosok yang mampu mengemban tanggung jawab tersebut.

"Kita tidak mencari sosok pemimpin yang hanya bisa menarasikan keberhasilan, sehingga ketika ada banjir dalam wilayah dengan 30 ribu RT, lalu banjir (menimpa) 30 RT, itu dikatakan tidak sampai satu persen. Politik itu bukan kalkulasi satu sampai lima persen. Tapi tanggung jawab bagi bangsa dan negara," ucapnya.

Hasto membantah pembahasan soal Pemilu antara Megawati dan Jokowi tak ada kaitannya dengan deklarasi Nasdem yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

"Tidak ada kaitannya dengan itu," ungkap Hasto.

Tentang capres dan cawapres, disebutkannya hal itu adalah kewenangan Megawati dan PDIP berdisiplin menunggu arahannya. Dia juga menegaskan PDIP tidak mencalonkan calon untuk berburu efek ekor jas.

"PDI Perjuangan mencalonkan pemimpin dengan kesadaran bahwa memimpin bangsa dan negara tidak ringan tanggung jawabnya. Perlu dipersiapkan matang, apa yang menjadi harapan rakyat itu yang akan dijawab PDI Perjuangan" tuturnya.

Hasto juga menyempatkan bertanya ke Megawati soal siapa sosok capres dan cawapres PDIP. Namun, Presiden kelima RI itu meminta agar sabar.

"Saya tanyakan ke Ibu Mega, bagaimana pencapresan? Ibu Mega hanya jawab sabar saja. Tunggu saatnya."

 


 

Menurut pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio ada makna lain antara Megawati dan Jokowi di Batutulis, Bogor. Ada kemungkinan jika Jokowi diminta Megawati untuk mendukung Puan Maharani sebagai capres).

"Sangat mungkin sebetulnya pertemuan di Batutulis kemarin adalah lobi-lobi Bu Mega kepada Presiden Jokowi supaya ikut mendukung Puan Maharani dalam pencalonan capres dari PDIP untuk pilpres 2024 nanti," ujar Hendri lewat keterangannya, Senin (10/10).

Selain Puan, pertemuan keduanya juga dinilainya membicarakan ihwal Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Termasuk langkah Partai Nasdem yang mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres. 

"Sangat mungkin dalam pertemuan kemarin, ada beberapa nama yang diperbincangkan. Selain nama Puan Maharani, Ganjar Pranowo, sangat mungkin yang diperbincangkan adalah Anies Baswedan," ujar Hendri.

Di samping itu, ia juga berspekulasi jika pertemuan Jokowi dan Megawati juga membahas Wali Kota Soli Gibran Rakabuming Raka. Khususnya terkait peluangnya maju di pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2024.

"Saya berspekulasi mungkin juga kemarin Gibran Rakabuming dibicarakan pada pertemuan itu untuk langkah-langkah dia setelah Wali Kota Solo menuju Pilkada atau Pilgub di Jakarta 2024," ujar pendiri Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) itu.

Adapun, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun melihat politik di Tanah Air berjalan semakin dinamis setiap pekan setelah deklarasi Anies Baswedan oleh Nasdem. Di antaranya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari tiga partai Golkar, PPP dan PAN menjadi daya tarik bagi Ganjar dan Puan untuk bersaing melawan Anies.

 

"Sejak awal berdirinya KIB, terdiri dari Golkar, PAN dan PPP, terlihat dimaksudkan untuk mengusung Ganjar Pranowo berpasangan dengan Airlangga untuk Pemilu 2024," kata Ubedilah, Senin.

Sebab koalisi itu, ia meyakini dibentuk ditengah menguatnya isu Ganjar sedang tidak Harmonis dengan PDIP. "Jadi saya tidak heran jika DPP PPP mendekati Ganjar meskipun DPD PPP DKI Jakartanya mendekat ke Anies Baswedan," tegasnya.

Soal bakal capres dari PDIP, apakah Ganjar atau Puan, menurut dia, keduanya memiliki peluang yang sama untuk dicalonkan. Ganjar bisa saja dicalonkan oleh KIB dan Puan dicalonkan oleh PDIP.

 


Serangan Elite PDIP kepada Ganjar Pranowo - (infografis republika)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler