Presiden UEA Dijadwalkan Bertemu Presiden Rusia Bahas Keamanan Energi

Produsen yang mencakup UEA dan Rusia setuju memotong tajam produksi minyak.

Republika/Sapto Andika C
Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan akan melakukan perjalanan ke Rusia pada Selasa (11/10/2022) untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan akan melakukan perjalanan ke Rusia pada Selasa (11/10/2022) untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Kedua pemimpin negara itu diperkirakan akan membahas energi dan perang di Ukraina.

Baca Juga


“Selama kunjungannya, Yang Mulia Sheikh Mohammed dan Presiden Putin akan membahas  hubungan persahabatan antara UEA dan Rusia, termasuk sejumlah masalah regional dan internasional, serta perkembangan kepentingan bersama,” kata laporan kantor berita WAM.

Sebelumnya OPEC+, sekelompok produsen minyak yang mencakup UEA dan Rusia, setuju untuk memotong tajam dalam produksi minyak yang bertentangan dengan tekanan Amerika Serikat. Mereka berencana untuk memperlambat produksi sebesar dua juta barel per hari. Ini adalah pengurangan pasokan terbesar sejak 2020.

Pengurangan produksi minyak oleh OPEC yang dipimpin Saudi dan sekutunya yang dipimpin Rusia telah semakin mempererat hubungan antara Washington dan sekutu Teluk tradisionalnya di Riyadh dan Abu Dhabi, kata sumber. Menteri Energi UEA Suhail al-Mazroui mengatakan, pengurangan produksi merupakan hal teknis, bukan politis.

UEA telah mempertahankan sikap netral terhadap operasi militer khusus Rusia di Ukraina. Penasihat kepresidenan UEA, Anwar Gargash mengatakan, dia percaya bahwa mendukung salah satu pihak dalam perang Rusia-Ukraina akan mengarah pada lebih banyak kekerasan. "Prioritasnya adalah mendorong semua pihak untuk melakukan tindakan diplomatik," ujarnya.

UEA adalah sekutu AS. Para analis mengatakan, sikap UEA terhadap konflik Ukraina mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan hubungan dalam tatanan dunia baru di mana Moskow dan Beijing sama pentingnya bagi negara Teluk.

Sementara itu, pengurangan produksi oleh OPEC+ dapat memacu pemulihan harga minyak, yang telah turun menjadi sekitar 90 dolar AS per barel dari 120 dolar AS per barel pada bulan lalu. Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya mengatakan, mereka berusaha untuk mencegah volatilitas daripada menargetkan harga minyak tertentu.

Pejabat AS sedang mempertimbangkan pelepasan 10 juta barel minyak dari cadangan minyak bumi strategis pada bulan depan. Langkah ini diambil untuk melindungi konsumen Amerika dan mempromosikan keamanan energi. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler