Cegah Penularan Covid-19, IDAI: Sekolah Harus Lakukan Skrining Demam

Mengukur suhu tubuh siswa menjadi bentuk skrining demam untuk antisipasi Covid-19.

ANTARA/Wahdi Septiawan
Guru memandu beberapa siswa yang mengantre untuk memeriksa suhu tubuhnya sebelum memasuki kawasan dalam sekolah pada hari pertama pembelajaran tatap muka terbatas di SMPN 7 Kota Jambi, Jambi, Senin (4/10/2021). Skrining gejala demam merupakan salah satu upaya penerapan protokol kesehatan yang paling mudah dilakukan di sekolah.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli infeksi dan penyakit tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ida Safitri Laksanawati mengatakan bahwa sekolah harus melakukan skrining secara ketat guna mencegah penularan Covid-19 saat memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Ia mengingatkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri tentang pembukaan kembali sekolah, di dalamnya tertulis sejumlah syarat.

"Artinya, dimungkinkan tatap muka, tapi tetap perhatikan prinsip kewaspadaan penularan Covid-19, di antaranya skrining," kata Ida dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar virtual, diikuti di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Baca Juga



Menurut Ida, skrining terhadap gejala demam merupakan salah satu upaya penerapan protokol kesehatan yang paling mudah dilakukan. Mengukur suhu tubuh siswa sebelum masuk ke area sekolah menjadi salah satu hal yang tak boleh dilewatkan.

"Yang paling mudah memang yang bergejala pada saat memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), seperti demam, itu skrining-nya cukup mudah. Artinya mereka yang demam dipisahkan (tidak boleh masuk)," ujar Ida.

Ida mengatakan, siswa juga harus dipastikan menggunakan masker, apalagi jika dia mengalami gejala batuk. Namun, menurut dia, jika memang siswa mengalami gejala maka sebaiknya tidak diperkenankan mengikuti pembelajaran di sekolah dan tetap di rumah sampai kondisinya membaik.

"Selama ini, yang sering terjadi adalah saking takut pelajarannya ketinggalan atau ada kegiatan yang harus diikuti, jadi anak saat tidak enak badan pun tetap memaksakan diri untuk sekolah. Padahal, mungkin dia sedang dalam inkubasi atau dalam masa perkembangan di mana penyakit mudah menular ke orang sekitarnya," tutur Ida.

"Makanya sering dengar cerita sakitnya giliran. Kemarin temannya, kemarin lagi temannya. Nah, hal-hal semacam ini bisa kita hindari dengan melakukan skrining. Jadi kalau ada gejala tetap di rumah dulu sampai membaik baru sekolah," katanya.

Ida juga mengatakan penting bagi sekolah untuk memiliki catatan dan membuat laporan jika ada sekelompok anak yang menunjukkan gejala yang sama dalam waktu yang sama. Dalam hal ini, menurut dia, memerlukan kerja sama antara guru, orang tua, dan tenaga kesehatan.

Selain skrining, hal lain yang harus diperhatikan oleh sekolah, menurut Ida, adalah penyediaan fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Ia menyebut guru juga berperan besar untuk mengingatkan kembali kepada murid-murid mengenai kebiasaan mencuci tangan.

"Sebelum masuk kelas, sebelum dan sesudah makan, cuci tangan harus dilakukan," kata Ida.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler