Putin Tegaskan Tidak akan Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina
Putin mengatakan tak ada gunanya Rusia menyerang Ukraina dengan nuklir.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin membantah memiliki niat menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Dia menyatakan, konflik yang terjadi di negara tetangga itu sebagai bagian dari dugaan upaya Barat untuk mengamankan dominasi globalnya.
Putin mengatakan tidak ada gunanya bagi Rusia untuk menyerang Ukraina dengan senjata nuklir. "Kami melihat tidak perlu untuk itu. Tidak ada gunanya itu, baik politik, maupun militer," ujarnya berbicara pada konferensi pakar kebijakan luar negeri internasional pada Kamis (27/10/2022).
Presiden Rusia ini mengatakan, peringatan sebelumnya tentang kesiapannya untuk menggunakan segala cara yang tersedia untuk melindungi Rusia tidak sama dengan serangan senjata nuklir. Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan terhadap pernyataan Barat tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklirnya.
Putin secara khusus menyebutkan Liz Truss mengatakan pada Agustus bahwa akan siap untuk menggunakan senjata nuklir jika dia menjadi perdana menteri Inggris, sebuah pernyataan yang dia katakan mengkhawatirkan Istana Kremlin. "Apa yang seharusnya kita pikirkan?” kata Putin. “Kami melihat itu sebagai posisi terkoordinasi, upaya untuk memeras kami.”
Dalam pidato panjang yang penuh dengan kecaman terhadap Amerika Serikat dan sekutunya, Putin menuduh mereka mencoba mendikte persyaratan ke negara lain. Barat dinilai menggunakan permainan dominasi yang berbahaya, berdarah, dan kotor.
Pemimpin Rusia ini mengklaim kebijakan Barat akan menimbulkan lebih banyak kekacauan. "Dia yang menabur angin akan menuai angin puyuh," ujarnya.
"Manusia sekarang menghadapi pilihan: menumpuk beban masalah yang pasti akan menghancurkan kita semua atau mencoba menemukan solusi yang mungkin tidak ideal tetapi dapat berhasil dan dapat membuat dunia lebih stabil dan aman," kata Putin.
Putin mengatakan, Rusia bukanlah musuh Barat tetapi akan terus menentang diktat yang diklaim oleh para elit neo-liberal Barat, menuduh mereka berusaha menaklukkan Rusia. "Tujuan mereka adalah membuat Rusia lebih rentan dan mengubahnya menjadi instrumen untuk memenuhi tugas geopolitik mereka, mereka telah gagal mencapainya dan mereka tidak akan pernah berhasil,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Putin juga menegaskan kembali klaim lama bahwa Rusia dan Ukraina adalah bagian dari kesatuan. Dia menegaskan Kiev merupakan negara buatan yang menerima tanah Rusia bersejarah dari penguasa Komunis selama masa Uni Soviet.
Dalam konteks itu, Putin mengakui bahwa pertempuran di Ukraina secara efektif sama dengan perang saudara. Dia mengaku berpikir sepanjang waktu tentang korban yang diderita Rusia di Ukraina. Namun, Putin bersikeras bahwa penolakan NATO untuk mengesampingkan calon keanggotaan Ukraina dan penolakan Ukraina untuk mematuhi kesepakatan damai untuk konflik separatis di timur negara itu telah membuat Rusia tidak memiliki pilihan lain.