Serangan Jantung Berbeda dengan Henti Jantung, Kapan Dibutuhkan CPR?
Serangan jantung dan henti jantung memiliki gejala yang berbeda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pendidikan dari Skills Training Group mengatakan serangan jantung dan henti jantung berbeda. Apa perbedaannya dan kapan dibutuhkan cardiopulmonary resuscitation (CPR) alias resusitasi jantung paru?
Serangan jantung adalah suatu kondisi di mana otot jantung tiba-tiba kekurangan oksigen dan nutrisi akibat penyumbatan di salah satu arteri koroner. Seseorang yang mengalami serangan jantung mungkin merasakan sakit, tekanan dan rasa terbakar di dada mereka, dan biasanya dalam keadaan sadar pada saat itu.
Dalam hal ini, Anda harus segera menelepon tenaga medis. Sambil menunggu ambulans, posisikan penderita untuk duduk beristirahat.
Sementara itu, henti jantung terjadi ketika jantung seseorang berhenti memompa darah ke seluruh tubuh, biasanya karena serangan jantung. Otak kekurangan oksigen sehingga orang tersebut menjadi tidak sadar.
Dalam hal ini, Anda harus segera menelepon tenaga medis dan melakukan CPR agar orang tersebut tetap hidup sambil menunggu ambulans. Jika jantung tidak dapat memompa dirinya sendiri, Anda harus membantu.
Gejala serangan jantung
Penting untuk dapat mengidentifikasi gejala seseorang mengalami serangan jantung. Jika salah satu dari gejala ini muncul, maka Anda harus segera mulai melakukan CPR.
Gejala tersebut adalah orang tersebut tidak sadar atau tidak merespons, kulitnya pucat, dingin, dan lembap. Mereka tidak bernapas atau pernapasan tampak tidak normal, bernada tinggi, atau terengah-engah. Tubuh penderita lemas dan tidak responsif serta bibir dan kuku tampak kebiruan.
CPR adalah prosedur di mana dada seseorang ditekan secara berkala untuk mempertahankan detak jantung dan sirkulasi darah secara artifisial hingga dapat menunjang hidup saat serangan jantung. Jika Anda melihat orang yang tidak sadar yang tampaknya tidak bernapas dengan benar, atau tidak bernapas sama sekali, goyangkan bahunya dan tanyakan apakah mereka baik-baik saja.
Berikutnya, hubungi tenaga medis dan segera mulai lakukan CPR. Jika ada orang lain di dekat Anda, teriak mereka untuk menemukan defibrillator akses publik (PAD).
Letakkan ponsel Anda dan pasang pengeras suara segera setelah menghubungi tenaga medis. Ini akan memungkinkan Anda untuk melakukan CPR sambil meminta bantuan.
Jangan biarkan pasien mencari defibrilator. Tunggu ambulans membawakannya. Selanjutnya, ikuti langkah-langkah ini:
- Berlututlah di samping orang itu
- Letakkan telapak salah satu tangan Anda di tengah dada penderita
- Tumpuk tangan satunya lagi lalu kaitkan jemari Anda
- Jaga agar siku Anda tetap lurus, gunakan dasar pergelangan tangan untuk menekan tulang dada ke bawah dengan kuat dan lancar sehingga dada menekan ke bawah lima hingga enam sentimeter, lalu lepaskan untuk memungkinkan dada naik kembali.
- Lakukan ini dengan kecepatan 100-120 kompresi dada per menit. Irama lagu "Staying Alive" oleh Bee Gees cocok untuk membantu mengarahkan tempo tekanan.
- Lanjutkan CPR sampai bantuan datang.
Anda harus terus melakukan CPR sampai ambulans dan paramedis tiba untuk mengambil alih atau sampai orang tersebut mulai bernapas normal dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jika pasien membuka mata, mulai batuk, berbicara, dan bernapas dengan normal, Anda dapat berhenti.
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan pada kondisi orang tersebut, dan Anda menjadi lelah, cobalah berteriak kepada seseorang di sekitar untuk membantu dan melakukan CPR secara bergiliran. Jika ada yang membantu, Anda dapat menukar setiap satu hingga dua menit dengan gangguan minimal pada kompresi dada.