Kisah Peristiwa Nakba Jadi Sorotan di Festival Film Palestina
Sebanyak 58 film diputar di festival film Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Ratusan penonton berbondong-bondong menghadiri upacara penutupan festival Hari Sinema Palestina tahun ini di Kota Ramallah, Tepi Barat pada Senin (7/11/2022). Film bertajuk Farha terinspirasi oleh konflik nyata dari peristiwa Nakba yang terjadi lebih dari 70 tahun lalu.
Peristiwa Nakba menyebabkan ratusan ribu orang Palestina melarikan diri dan terpaksa meninggalkan rumah mereka selama perang. Peristiwa ini meninggalkan bekas luka mendalam di antara warga Palestina.
“Ini adalah momen yang sangat istimewa bagi kita semua, untuk memutar film di Palestina kepada penonton Palestina,” kata Deema Azar, salah satu produser film tersebut, kepada Reuters.
Sutradara dan penulis skenario film Farha, Darin J. Sallam yang berasal dari Yordania, mengatakan, plot film itu bermula ketika seorang wanita bertemu ibunya beberapa dekade lalu di kamp pengungsi Palestina, Yarmouk di Suriah. Ibunya kemudian kehilangan kontak dengan wanita itu. Keberadaan wanita itu tidak diketahui, entah apakah dia masih hidup atau sudah mati.
Azar mengatakan, tim produksi merasa bahwa membuat film yang mengangkat peristiwa Nakba merupakan sebuah tantangan. Namun peristiwa Nakba adalah kisah penting untuk diceritakan.
Seorang aktivis sosial dan politik dari Ramallah Hazem Abu Hilal (38 tahun) menghadiri festival untuk pertama kalinya tahun ini. Dia mengatakan film “Farha” berhasil menghidupkan cerita sejarah yang sudah dikenalnya dengan baik.
“Kami telah mendengar cerita-ceritanya tetapi adegan-adegan ini membuatnya tampak lebih nyata,” kata Abu Hilal.
Festival Hari Sinema Palestina kini memasuki tahun kesembilan. Festival ini diselenggarakan oleh Film Lab: Palestine, yang memupuk budaya sinema dan mendukung para pembuat film Palestina. Festival ini berlangsung setiap 1 November. Film Palestina Mediterranean Fever masuk sebagai nominasi Oscar 2023. Film ini mengeksplorasi kesehatan mental dan maskulinitas.
Festival film yang berlangsung selama seminggu ini menarik ribuan penonton. Sebanyak 58 film diputar di festival yang berlangsung di wilayah pendudukan Tepi Barat, dan Gaza.
“Sayangnya, penonton kami tidak bisa bepergian dengan bebas. Agar tidak mengecewakan penonton di kota lain menikmati film-film ini, kami memutuskan untuk pergi ke sana," kata pendiri Film Lab, Hanna Atallah.
"Tujuan festival film ini adalah melestarikan narasi kami dan melihat bagaimana orang lain menangani masalah mereka sendiri melalui bahasa sinema,” kata Atallah.
Seorang peserta festival film Palestina, Mashal Kawasmi (28 tahun) membawa pulang hadiah senilai 10 ribu dolar AS dalam kategori produksi terbaik untuk film The Flag. Dia mendengar keluarga dan rekan-rekannya bersorak ketika namanya disebut sebagai pemenang.
“Itu berarti saya sedang menuju suatu tempat bahwa, seseorang percaya pada cerita itu. Suara kami layak untuk didengar dan festival ini membantu kami melakukan itu," kata Kawasmi yang berasal dari Yerusalem.
The Flag menceritakan kisah seorang lelaki tua yang harus membuktikan kepada tentara Israel bahwa dia bukan orang yang memasang bendera Palestina yang terus muncul secara misterius di atapnya. Film ini berlatar tahun 1980-an. Namun menurut Kawasmi, peristiwa dalam film itu masih mempunyai korelasi hingga hari ini.