Qatar Gelontorkan Uang Fantastis demi Piala Dunia 2022

Qatar "merugi" menggelar Piala Dunia 2022.

AP Photo/Hassan Ammar
Penumpang berjalan di Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar, Kamis, 10 November 2022. Persiapan akhir sedang dilakukan untuk Piala Dunia sepak bola yang dimulai pada 20 November saat Qatar menghadapi Ekuador.
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Piala Dunia 2022 merupakan edisi termahal jika dihitung persiapan hingga pelaksanaan. Tuan rumah Qatar menghabiskan dana begitu besar untuk menggelar turnamen sepak bola antarnegara terakbar sejagat ini.

Baca Juga


Dari jumlah dana yang digelontorkan, Qatar terlihat sudah tak lagi memikirkan berapa yang mereka dapat dari Piala Dunia 2022. Data sejumlah media menunjukkan Qatar mengeluarkan dana sangat besar untuk proyeksi pemasukan yang jauh lebih kecil.

FIFA mengalokasikan dana Rp 6,8 triliun untuk hadiah yang Rp 650 miliar di antaranya untuk juara Piala Dunia 2022. Tim yang tak lolos fase grup masing-masing akan memperoleh Rp 132,9 miliar.

FIFA juga mengeluarkan dana operasional yang besar yang meliputi Rp 3,82 triliun untuk televisi yang menyiarkan Piala Dunia 2022, Rp 5,04 triliun untuk 32 tim yang bertanding, dan Rp 3,2 triliun untuk kepanitiaan.

Alhasil, total biaya operasional FIFA mencapai Rp 26,3 triliun.

FIFA akan menutup biaya operasional sebesar itu dari pemasukan hak siar televisi, tiket, akomodasi dan sponsor yang jumlah kotornya mencapai Rp 72,7 triliun dan netto Rp 46,4 triliun. Sepuluh persen dari pemasukan itu akan dialokasikan untuk 200-an asosiasi sepak bola nasional di seluruh dunia.

Qatar tak akan mendapatkan bagian dari pemasukan FIFA ini, padahal sebagai penyelenggara mereka telah mengeluarkan dana begitu banyak. Untuk pengamanan turnamen saja Qatar membelanjakan dana Rp 15,4 triliun.

Total Qatar mengeluarkan Rp 3.404 triliun untuk Piala Dunia 2022 yang Rp 154,7 triliun di antaranya untuk membangun tujuh stadion dan merenovasi satu stadion lainnya.

Qatar juga membenamkan ratusan triliun rupiah untuk transportasi, akomodasi, telekomunikasi dan infrastruktur keamanan, termasuk Rp 557 triliun untuk membangun metro atau kereta bawah tanah di Doha dan sekitarnya, sebuah bandara baru, jalan raya, dan 100-an hotel.

Rp 3.404 triliun itu dihitung sejak Qatar dianugerahi hak tuan rumah Piala Dunia pada 2010, sampai sekarang, atau selama 12 tahun. Dengan demikian, rata-rata per tahun dana yang dikeluarkan Qatar adalah Rp283 triliun.

Jika Produk Domestik Bruto (PDB) Qatar tahun ini yang mencapai Rp2.732 triliun menjadi patokan, maka angka Rp283 triliun itu sama dengan 10 persen dari PDB mereka. 

Qatar mungkin merugi dari aspek keuangan, tetapi tidak untuk aspek lainnya karena yang dikejar oleh negara kaya raya ini tampaknya bukan keuntungan finansial.

Apalagi dalam kebanyakan kasus, menjadi tuan rumah perhelatan-perhelatan akbar seperti Piala Dunia dan OIimpiade hampir selalu berkaitan dengan reputasi dan citra internasional sebuah negara, ketimbang mencari keuntungan. Jika pun mencari keuntungan maka itu merupakan jangka panjang.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler