Di KTT G20 SBY dan Megawati Bertemu, Momen Sejuk Jelang Tahun Pemilu

Demokrat berharap masalah antara SBY dan Mega di masa lalu tak diungkit-ungkit lagi.

dok. istimewa
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja dalam sebuah rangkaian acara pertemuan G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh oleh Nawir Arsyad Akbar, Amri Amrullah, Ali Mansur

Baca Juga


Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri dan Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja dalam sebuah rangkaian acara pertemuan G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). Momen tersebut menjadi perbincangan hangat, mengingat kedua tokoh politik dan petinggi partai tersebut kerap berseberangan.

Hubungan antara Megawati dan SBY, selama ini selalu dinilai kurang harmonis. Hal ini terlihat ketika di beberapa kesempatan, seperti perayaan HUT Kemerdekaan baik upacara bendera maupun Sidang Paripurna di MPR/DPR yang sangat jarang dihadiri oleh kedua pemimpin negara ini dalam satu forum.

Di meja tersebut, ada juga Ketua DPR Puan Maharani dan Wakil Presiden keenam Republik Indonesia Try Sutrisno. Hadir juga Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla dan istri di meja tersebut yang duduk di sebelah SBY.

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan menanggapi pertemuan antara SBY dan Megawati itu. Menurutnya, masalah masa lalu antara keduanya tak perlu diungkit lagi setelah pertemuan tersebut.

"Saya pikir yang dulu yang lewat yaudah lah lewat. Kalau memang ada (masalah), tidak perlu diangkat lagi, yang penting ke depannya bagus," ujar Syarief di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Rivalitas dalam kontestasi sebelumnya antara SBY dan Megawati disebutnya sudah lewat. Apalagi Partai Demokrat juga menginginkan adanya politik dalam dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024.

"Pemilu 2024 kita dukung damai dan ini juga untuk kepentingan bangsa juga. Gimana kalau kita ngomongin kepentingan bangsa pasti semua memberikan dukungan," ujar Syarief.

Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, tidak ada pembicaraan khusus terkait politik dalam pertemuan SBY dengan Megawati di Bali.

"(Komunikasinya) tidak ada kaitannya dengan politik nasional saat ini. Komunikasi saling menghargai dan saling menghormati. Sama aja dengan yang lain-lain, tidak ada pengkhususan," kata Herzaky kepada wartawan, Rabu.

Ia mengatakan kehadiran SBY di acara Welcoming Dinner KTT G20 murni atas undangan, dan pertemuan dengan Megawati juga memang tidak direncanakan. Karena itu ia menegaskan tidak ada pembicaraan khusus soal politik, apalagi saat ini Pak SBY tidak memegang posisi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

"Karena Pak SBY tidak lagi aktif mengurus day to day politics. Beliau fokus dengan isu-isu kebangsaan. Terkait geopolitik dan geostrategics. Dan saat sebelum dinner lebih banyak bertemu dengan para pemimpin negara G20," sebut Herzaky.

 

 

 

 

 

Pertemuan langsung SBY dan Megawati pun mendapatkan apresiasi dari elite politik di luar Demokrat dan PDIP. Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menanggapi positif pertemuan antar kedua mantan presiden tersebut.

"Pemimpin-pemimpin bangsa kita dapat duduk dalam satu meja di momen bersejarah bagi bangsa Indonesia dan tentunya ini adalah satu yg menunjukan satu kebesaran jiwa. Juga tentunya dalam acara yang besar ini kita bersyukur bahwa pemimpin-pemimpin kita ini mengutamakan kepentingan yang lebih besar," ujar Dasco di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.

Ia pun mensyukuri pertemuan keduanya yang terjadi di forum G20. Menurutnya, pertemuan tersebut dapat menjadi momentum yang membawakan kesejukan jelang Pemilu 2024.

"Saya pikir apa yang dicerminkan atau ditampilkan di G20 itu, harapan kita juga bisa menjadi suasana yang sama, yang sejuk menghadapi Pileg dan Pilpres di 2024," ujar Dasco. 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai dalam politik semua bisa saja terjadi, termasuk koalisi PDIP-Demokrat. Namun, ia mengaku itu cukup sulit terwujud.

 

Hal itu karena faktor karakter pemilih yang berseberangan. Jika dipaksakan bukan tidak mungkin baik PDIP maupun Demokrat bisa kehilangan suara. “Untuk itu, duduk satu meja antara Megawati dan SBY sangat mungkin hanya momentum yang tidak dapat dihindari. Jikapun ada agenda di dalamnya kemungkinan besar tidak mengarah pada agenda koalisi,” ujar Dedi, Selasa (15/11/2022).

Asumsinya, lanjut Dedi, jika koalisi terjadi maka AHY akan ditawarkan untuk bakal calon wakil presiden. Sementara posisi yang sama semestinya lebih mudah didapat dan potensial dari Koalisi Perubahan. Sisi lain, nama besar SBY akan redup jika kemudian disandingkan dengan Megawati yang sejauh ini cukup miliki pengaruh besar.

 

"Artinya Demokrat akan menjadi jauh lebih kecil di banding saat bersama dengan PKS dan Nasdem,” tutur Dedi.

 

SBY Turun Gunung Hadapi Pemilu 2024 - (infografis republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler