Gempa Cianjur Diyakini tak Picu Pergerakan Sesar Baribis dan Cimandiri

Pakar ITS sebut butuh magnitudo di atas 7 untuk picu pergerakan sesar

EPA/NESTOR BACHMANN
Gempa Bumi - Ilustrasi. Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS), Amien Widodo meyakini, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo yang mengguncang Cianjur tidak akan memicu pergerakan Sesar Baribis maupun Sesar Cimandiri. Itu tak lain karena gempa berkekuatan 5,6 magnitudo masih masuk status gempa kecil.
Rep: Dadang Kurnia Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS), Amien Widodo meyakini, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo yang mengguncang Cianjur tidak akan memicu pergerakan Sesar Baribis maupun Sesar Cimandiri. Itu tak lain karena gempa berkekuatan 5,6 magnitudo masih masuk status gempa kecil.


"Gempa 5,6 (magnitudo) itu statusnya kecil. Memang terasa tapi itu statusnya kecil, jadi energi untuk bisa menggerakkan (sesar) yang lain itu butuh yang lebih besar, bisanya lebih dari 7 (magnitudo)" kata Amien kepada Republika, Jumat (24/11).

Amien menjelaskan, gempa Ciannur menimbulkan kerusakan yang parah dan menelan ratusan korban jiwa, lantaran pusatnya yang berada di darat. Belum lagi kedalaman pusat gempa hanya sekitar 10 kilometer, yang menurutnya itu sangat dekat.

"Berasa besar karena (pusatnya) di darat dan dekat. Statusnya kedalaman 10 kilometer itu dekat," ujarnya.

Amien pun mendorong dilakukannya penelitian untuk mengetahui kemungkinan adanya sesar baru yang menjadi pusat gempa Cianjur. Amien berkeyakinan, gempa Cianjur bukan dipicu pergerakan sesar Baribis maupun sesar Cimandiri. Itu tak lain karena jarak kedua sesar tersebut yang jauh dari pusat gempa Cianjur.

Amien melanjutkan, penelitian diperlukan untuk pemerintah daerah melakukan pemetaan wilayah berdasarkan zona sesar yang ada. Dimana nantinya akan diketahui daerah mana saja yang tidak diperbolehkan ada penghuni atau bangunan karena alasan keselamatan.

"Jadi dipetakan mana yang memang tidak boleh dihuni atau tidak boleh ada rumah. Mungkin sawah boleh. Kemudian 1 kilometer dari situ baru boleh dihuni dengan bangunan tahan gempa yang ketat. Artinya tata ruang harus diperbaiki," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler