Protes Ketatnya Kebijakan Zero Covid, Warga Beijing: Saya Ingin Menonton Film!

Warga Beijing meluapkan kerinduannya akan pengalaman menonton film di bioskop.

AP
Petugas polisi China memblokir akses ke lokasi tempat para pengunjuk rasa berkumpul di Shanghai pada Ahad, 27 November 2022. Warga melancarkan protes terhadap kebijakan ketat China untuk menekan kasus Covid-19.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang protes menolak kebijakan pembatasan ketat telah menyeruak selama beberapa terakhir di Beijing dan kota lainnya di China. Protes itu mencerminkan kemarahan publik atas kenyataan hidup yang sulit di tengah pembatasan ketat yang diberlakukan demi kebijakan "Zero Covid" atau tanpa kasus Covid-19 sama sekali.

Di antara banyak teriakan, slogan, dan eufemisme, salah satu hal yang disuarakan pemrotes adalah kerinduan mereka akan layar lebar. "Saya ingin menonton film," kata seorang pendemo yang terekam dalam video viral di Weibo.

Teriakan itu tampaknya menjadi gambaran dari salah satu dari banyak keistimewaan yang terenggut selama pembatasan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Apalagi setelah diberlakukannya zero Covid.

"Semua orang terpaksa untuk meluapkan teriakan terakhirnya: Saya ingin menonton film!" tulis kepala salah satu jaringan bioskop utama China di Wechat pada Senin, dalam sebuah postingan, termasuk video protes.

Banyak eksekutif film China terkemuka lainnya membagikan video tersebut di antara pengikut mereka. Mereka pun menambahkan emoji menangis.

Baca Juga


Dilansir Hollywood Reporter, Selasa (28/11/2022), pasar film bioskop China lesu tahun ini di bawah kebijakan zero Covid di Beijing dan kontrol sensor yang meningkat. Hingga Senin (28/11/2022), total pendapatan penjualan tiket di negara itu anjlok 36 persen dibandingkan tahun lalu, dan lebih dari 50 persen lebih rendah dari tahun prapandemi 2019, menurut data dari Artisan Gateway.

Mayoritas bioskop di China tetap buka. Hanya saja, dengan tingkat infeksi Covid-19 yang meningkat di kota-kota besar seperti Beijing, Guangzhou, dan Chongqing membuat kebebasan publiknya terasa jauh dari kepastian. Belum lagi syarat tes PCR yang memberatkan harus dipenuhi warga untuk mengakses tempat-tempat umum di sebagian besar provinsi utama.

Rasa frustrasi warga sipil juga terlihat di antara penonton China di Piala Dunia, yang menyesalkan kebijakan pembatasan saat menyaksikan para penggemar di tribun di turnamen sepak bola di Qatar tanpa masker dan tak menjaga jarak fisik. Menanggapi komentar viral yang menanyakan alasan tidak ada seorang pun di Qatar yang mengenakan masker, sensor media Beijing mulai mengalihkan gambar kerumunan tanpa masker ke rekaman aktivitas para pemain dan pelatih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler