Populasi Muslim di Inggris dan Wales Meningkat 1,2 Juta Orang
London adalah tempat dengan konsentrasi umat Islam tertinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah sensus tentang populasi umat beragama di Inggris dan Wales yang baru dirilis menunjukan adanya peningkatan populasi Muslim di dua negara itu. Seperti dilansir 5Pillars, Rabu (30/11/2022), sensus itu menunjukkan sekarang ada 3,9 juta Muslim di Inggris dan Wales. Itu berarti populasi Muslim di dua negara itu meningkat 1,2 juta orang selama dekade terakhir.
Data ini berarti menunjukan sekarang ada sekitar empat juta Muslim yang tinggal di Inggris jika populasi Muslim di Skotlandia dan Irlandia Utara juga diperhitungkan. Data Kantor Statistik Nasional menunjukkan ada 3,9 juta orang yang menggambarkan diri mereka sebagai Muslim pada 2021.
Ini setara dengan 6,5 persen dari populasi Inggris dan Wales. Ini naik dari 2,7 juta Muslim yang tinggal di Inggris dan Wales pada 2011, yang setara dengan 4,9 persen dari populasi.
London adalah tempat dengan konsentrasi umat Islam tertinggi. Lima belas persen warga London menggambarkan diri mereka sebagai Muslim atau naik dari 12,6 persen pada 2021. Ini berarti ada lebih dari 1,3 juta Muslim yang tinggal di London saja.
Seperti pada 2011, wilayah dengan persentase penduduk tertinggi yang menggambarkan diri mereka sebagai Muslim adalah area Tower Hamlets (39,9 persen, naik dari 38,0 persen pada 2011). Area lain dengan persentase tinggi orang yang merespons sebagai Muslim termasuk Blackburn dengan Darwen (35,0 persen) dan Newham (34,8 persen).
Data sensus tentang agama juga dengan jelas menunjukkan umat Kristen Inggris dan Wales berkurang terlebih dengan semakin banyak orang meninggalkan agama sama sekali. Kurang dari separuh populasi (46,2 persen atau 27,5 juta orang) menggambarkan diri mereka sebagai Kristen. Ini terjadi penurunan 13,1 poin persentase dari 59,3 persen (33,3 juta) pada 2011.
Tidak beragama adalah jawaban paling umum kedua, meningkat sebesar 12,0 poin persentase menjadi 37,2 persen (22,2 juta) dari 25,2 persen (14,1 juta) pada 2011. Wales mengalami penurunan yang lebih besar pada orang yang melaporkan agama mereka sebagai Kristen (penurunan 14,0 poin persentase, dari 57,6 persen pada 2011 menjadi 43,6 persen pada 2021), dan peningkatan pada tidak beragama (peningkatan 14,5 poin persentase, dari 32,1 persen pada 2011 menjadi 46,5 persen pada 2021).
London tetap menjadi wilayah Inggris yang paling beragam secara agama pada 2021, dengan lebih dari seperempat (25,3 persen) dari semua penduduk biasa melaporkan agama selain Kristen. Timur Laut dan Barat Daya adalah wilayah dengan keragaman agama yang paling sedikit, dengan masing-masing 4,2 persen dan 3,2 persen, memilih agama selain Kristen.
Jumlah umat Hindu yang tinggal di Inggris dan Wales meningkat menjadi 1,0 juta yang setara dengan 1,7 persen dari keseluruhan populasi pada 2021. Ini naik dari 818 ribu atau 1,5 persen pada 2011.
Sensus tersebut memperkenalkan pertanyaan sukarela tentang agama pada 2001. Dalam data sensus, agama mengacu pada agama yang dianut seseorang. Ini adalah agama yang mereka hubungkan atau identifikasi, bukan keyakinan atau praktik keagamaan aktif mereka.
Secara total, 94,0 persen dari keseluruhan populasi di Inggris dan Wales (56,0 juta orang) memilih untuk menjawab pertanyaan agama pada 2021. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011, ketika 92,9 persen (52,1 juta) menjawab pertanyaan agama dan 7,1 persen (4,0 juta) memilih untuk tidak menjawab. Populasi keseluruhan Inggris dan Wales adalah sekitar 59 juta orang.
“Sementara bangsa kita memiliki populasi yang semakin menua, kontribusi tenaga kerja populasi muda Muslim tetap menjadi aset nasional yang strategis. Dekade terakhir telah menyaksikan lebih banyak Muslim generasi kedua dan ketiga, yang yakin akan iman dan tempat kita di masyarakat, memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemulihan ekonomi dan vitalitas bangsa kita," kata Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris Zara Mohammed.
“Tentu saja ada bidang-bidang yang menjadi perhatian, terutama di mana banyak komunitas Muslim terkena dampak kekurangan secara tidak proporsional. Ada yang sangat mengkhawatirkan mengingat perhatian pada akses ke peluang dan inklusi. Para pembuat kebijakan sekarang perlu mengatasi masalah ini, masyarakat tidak dapat terus dibiarkan dalam siklus mobilitas sosial yang buruk. Kaum muda tidak dapat memiliki masa depan yang cerah jika mereka tidak memiliki peluang terbaik yang tersedia bagi mereka. Angka awal ini memberi kami kesempatan untuk sekarang membuat perubahan yang berarti dan menciptakan Inggris yang lebih baik untuk semua," tambahnya.