Tiga Tahun Absen, Festival Kayak Internasional Kembali Digelar di Sungai Asahan

Para atlet dari berbagai negara berlaga di dua kelas ekstrem kayak dan slalom.

Dok. Impact Adventures Australia
Setelah tiga tahun absen karena pandemi, festival dan kompetisi kayak internasional kembali memeriahkan Desa Parhitean, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, ASAHAN -- Setelah tiga tahun absen karena pandemi, festival dan kompetisi kayak internasional kembali memeriahkan Desa Parhitean, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Desa terpencil ini menjadi tuan rumah Toba Caldera International Adventure Festival (IAF) 2022 yang berlangsung pada 22 November – 4 Desember 2022.


Toba Caldera IAF 2022 menarik minat sejumlah atlet kayak arus deras mancanegara dan atlet nasional untuk menjajal derasnya Sungai Asahan yang dikenal sebagai sungai terbaik ketiga di dunia untuk olah raga kayak. Para atlet akan berlaga di dua kelas ekstrem kayak dan slalom untuk memperebutkan hadiah dengan total sebesar 10.700 dolar AS.

Nita Lanasier dari Impact Adventures Australia, penyelenggara Toba Caldera IAF 2022, mengatakan, kegiatan ini bukan sekadar perlombaan kayak biasa namun sebuah gerakan responsible tourism yang mengedepankan pengembangan masyarakat lokal di daerah terpencil pascapandemi Covid-19.

“Kegiatan ini adalah wujud kepedulian kami terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dari mulai penyedia homestay, operator arung jeram dan kayak lokal, hingga pemilik warung setempat melalui kedatangan atlet kayak top dunia serta beberapa kayaker juara nasional yang tinggal lebih dari 10 hari lamanya dan bertanding pada event ini,” kata Nita.

Pendekatan responsible tourism dianggap paling tepat untuk mempromosikan destinasi di wilayah terpencil tapi memiliki karakter yang memikat penyuka olah raga petualangan seperti kayak arus deras di Parhitean. Pendekatan ini berbeda dengan destinasi wisata yang sudah tersohor dan infrastruktur pariwisatanya sudah baik seperti Bali, Labuan Bajo atau Danau Toba.

Di Desa Parhitean tidak tersedia hotel atau penginapan. Sehingga, semua pihak yang hadir pada kegiatan ini tinggal di rumah penduduk yang dijadikan homestay.

“Efek berantai yang dihasilkan dari kegiatan ini selain manfaat ekonomi langsung juga memperkenalkan potensi daerah terpencil di tingkat dunia yang akan mendatangkan banyak responsible tourist ke daerah ini sepanjang tahun,” kata Nita yang merupakan diaspora Indonesia yang tinggal di Australia.

Selain perlombaan kayak, Toba Caldera IAF 2022 juga melaksanakan aktivitas pengembangan masyarakat melalui kegiatan literasi digital, pembinaan homestay melalui pembenahan kenyamanan tempat tinggal, dan peningkatan mutu pelayanan. Toba Caldera IAF 2022 juga melaksanakan pelatihan penyelamatan di arus deras (whitewater rescue), yang membekali operator arung jeram lokal tentang teknis penyelamatan di sungai yang diampu oleh Rescue 3 Selandia Baru, organisasi terkemuka dunia di bidang keselamatan di air.

Pembinaan dan persiapan perlombaan yang dilaksanakan secara hybrid (daring dan tatap muka) ini didukung oleh Bakti Kominfo dan Inalum. “Keseluruhan pembinaan tersebut merupakan bekal yang diperlukan masyarakat setempat dalam aspek keamanan dan kenyamanan yang diperlukan tidak hanya dalam rangka pelaksanaan event internasional namun untuk menerima wisatawan mancanegara dan domestik,” kata Nita.

Dari sisi perlombaan, kegiatan ini akan menampilkan beberapa atlet lokal dan nasional yang akan mendapatkan kesempatan untuk berlatih dan bertanding bersama atlet internasional, memberikan sebuah kesempatan langka bagi pengembangan talenta lokal dan nasional. Atlet kayak dunia yang hadir pada perlombaan ini berasal dari Italia, Perancis, Jerman, Norwegia, Republik Ceska, dan Belanda dan hampir semua untuk pertama kalinya datang ke Asahan.

 

Setelah tiga tahun absen karena pandemi, festival dan kompetisi kayak internasional kembali memeriahkan Desa Parhitean, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. (ilustrasi) - (Dok. Impact Adventures Australia)

 

Satu-satunya atlet kayak internasional perserta perlombaan yang pernah datang ke Asahan adalah Michele Ramazza asal Italia. Michele yang telah memenangkan beberapa perlombaan bergengsi dunia yang juga ketua asosiasi dunia kayak ekstrim pernah berpartispasi pada kompetisi kayak di Asahan pada tahun 2017 dan 2018.

“Penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan organisasi internasional yang telah menyelenggarakan sirkuit extreme kayaking di seluruh dunia ini, akan memastikan keterlibatan event ini untuk masuk dalam agenda internasional bagi para top kayaker dunia untuk datang dan memeriahkan event ini,” kata Michele.

Michele juga mengatakan dalam pengembangan dan penyelenggaraan kejuaraan tingkat dunia diperlukan koordinasi jarak jauh yang memanfaatkan teknologi dan infrastuktur telekomunikasi yang baik. Persiapan event Toba Caldera IAF 2022 ini yang dilakukan secara online dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi yang menghubungkan masyarakat lokal di daerah terpencil dengan dunia luar termasuk Michele yang tinggal di Bologna, Italia.

“Indonesia beruntung memiliki pemerintah yang menaruh perhatian besar terhadap pengembangan infrastruktur telekomunikasi di daerah terpencil. Meskipun daerah terpencil tidak memiliki infrastruktur lengkap, dengan masuknya infrastruktur telekomunikasi memungkinkan upaya untuk memperkenalkan potensi daerah terpencil seperti di Kabupaten Asahan dan mendatangkan arus responsible tourism,” kata Michele.

Atlet internasional lainnya adalah Martina Wegman, Lea Grison, Maike Most, Pavlina Kodadova, Leon Bast, Michael Frey, Marcio Franco, Jakub Sedivy. Martina yang berasal dari Belanda dan tinggal di Selandia Baru berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020 di mana dia meraih posisi ketujuh.

Lea Grison yang berasal dari Perancis merebut posisi kelima pada kejuaraan dunia kayak ekstrem di Austria. Maike Most, seorang atlet muda perempuan dari Perancis merebut posisi kedua pada Extreme Kayak World Championship 2021. Atlet nasional yang berpartisipasi adalah Dadan Agum Gumelar dari Bogor dan Restu Aruan yang berasal dari Desa Parhitean.

Festival ini juga melaksanakan pembinaan dan pengembangan masyarakat setempat dalam hal peningkatan mutu makanan yang memperhatikan kaidah internasional dalam hal keamanan makanan, alergi serta keperluan diet peserta internasional juga dilaksanakan, agar kualitas pelayanan penduduk setempat sesuai dengan standar yang diharapkan dunia internasional.

Pengembangan kuliner diampu oleh Rahung Nasution, seorang pegiat masakan Nusantara yang kini bermukin di Australia. Rahung mendorong penyajian masakan dengan mengangkat kuliner lokal dan internasional dengan bahan yang mudah didapatkan di daerah terpencil di Sungai Asahan.

“Saya bersemangat dalam bekerja sama dengan pemuda setempat dan panitia penyelenggara untuk mengangkat kuliner lokal dan memperkenalkannya kepada dunia melalui kegiatan Toba Caldera IAF’22 yang mendatangkan pemain kayak dunia,” kata Rahung.

“Melalui event ini saya ingin masakan Nusantara akan semakin terdengar gaungnya ke dunia internasional sambal kita membangun potensi masyarakat setempat serta mengangkat potensi wisata daerah terpencil ke dunia internasional.”

 

 

Setelah tiga tahun absen karena pandemi, festival dan kompetisi kayak internasional kembali memeriahkan Desa Parhitean, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. (ilustrasi) - (Dok. Impact Adventures Australia)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler