Tidak Selalu Jadi Musuh, Ahli Gizi Bagikan Kiat Konsumsi Gula yang Tepat
Apabila dikonsumsi dengan tepat, gula membantu memberikan energi bagi tubuh.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Pertagi) Dr. Rita R,DCN, M.Kes, membagikan kiat mengonsumsi gula yang tepat agar bisa melancarkan metabolisme dan meningkatkan imunitas tubuh. Rupanya agar tubuh bisa bekerja dengan efisien disarankan masyarakat khususnya yang sudah dewasa mengonsumsi gula hanya sebanyak dua sendok makan sehari.
Konsumsi gula yang dimaksud merujuk pada penambahan gula pada makanan atau minuman setelah disajikan. Gula yang dimaksud juga tidak terbatas pada gula pasir dan gula merah tapi termasuk juga madu, susu kental manis, gula batu, dan sirup.
Biasanya rutinitas menambah gula pada makanan dan minuman terjadi saat akan mengonsumsi kudapan ringan atau camilan. Maka dari itu, ketika membeli produk camilan, Rita juga menyarankan agar masyarakat bisa mengecek terlebih dahulu fakta nutrisi.
"Jika sudah lebih dari 50 gram, artinya makanannya tinggi gula dan itu jelas tidak baik ya," ujarnya.
Apabila sangat menginginkan camilan yang bercita rasa manis, Rita menyarankan agar masyarakat bisa memilih opsi untuk mengurangi gula atau less sugar. Gula memang menjadi salah satu bahan makanan yang dikenal mengandung karbohidrat sederhana.
Fungsinya dalam tubuh mampu dengan cepat memproduksi hormon insulin serta meningkatkan kadar gula dalam darah. Jika dikonsumsi dengan tepat maka akan membantu untuk tubuh mendapatkan energi yang digunakan sehari-hari beraktivitas.
Namun, ketika tidak produksi insulin tidak terkontrol dan menyebabkan gula darah di dalam tubuh tidak terserap dengan baik. Tentunya akan ada banyak dampak buruk yang diterima tubuh salah satunya adalah penyakit diabetes.
International Diabetes Federation (IDF) pada 2021 mencatat Indonesia masuk dalam jajaran lima besar negara dengan angka penyakit diabetes tertinggi di dunia. Jumlah pengidap diabetes di Indonesia berdasarkan laporan yang sama mencapai 19,47 juta orang.
Penyakit ini pun tergolong berbahaya karena dalam laporan IDF Indonesia masuk dalam jajaran sepuluh besar negara yang memiliki kasus kematian tinggi akibat diabetes. Dalam laporan itu ada sebanyak 236 ribu kasus kematian yang terjadi akibat diabetes di 2021.
Jika tidak ada perubahan gaya hidup mengurangi konsumsi gula, bukan tidak mungkin proyeksi kasus diabetes di 2045 mencapai 28,57 juta kasus dapat terjadi.