Inggris Kekurangan Telur, Pembelian Dijatah

Wabah flu burung dan perang di Ukraina membuat peternak tak bisa memproduksi telur.

Republika/Wihdan Hidayat
Pembeli memilih telur ayam ras di agen penjual telur Ngasem, Yogyakarta, Senin (12/12/2022). Industri telur Inggris menunjukkan keterpurukannya akibat inflasi yang tinggi.
Rep: Umar Mukhtar Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Industri telur Inggris menunjukkan keterpurukannya akibat inflasi yang tinggi. Perang di Ukraina telah mendorong biaya energi dan pakan ayam yang lebih tinggi, sehingga para peternak tidak sanggup berproduksi dan menghancurkan ekonomi makanan pokok utama itu.

Baca Juga


Banyak supermarket di Inggris, termasuk Tesco Asda, yang telah menjatah penjualan mereka setelah menyalahkan serangan flu burung yang telah merusak ternak di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi ini menyebabkan Inggris kekurangan telur.

Peternak Inggris berpendapat, meski wabah flu burung adalah salah satu faktornya, tidak ada cukup telur karena banyak yang kehilangan uang dan memaksa mereka untuk memangkas produksi. Bahkan sebagian berhenti sama sekali.

"Bodohnya lagi, kami memperingatkan pengecer. Kami memberitahu mereka ini akan terjadi," kata Robert Gooch, kepala eksekutif Asosiasi Produsen Telur Rentang Bebas Inggris (BFREPA) seperti dilansir Reuters, Selasa (20/12/2022).

Asosiasi tersebut memperkirakan total kawanan petelur Inggris turun 6 persen menjadi 36,4 juta selama 12 bulan terakhir. Ini menunjukkan pasokan yang lebih ketat ke depan.

Salah seorang peternak di Inggris, Frank Thompstone mengatakan bahwa tahun lalu dia memangkas jumlah ayam buras di peternakannya di Burton-on-Trent, Inggris tengah untuk membatasi kerugiannya. Pada Oktober dia sudah merasa cukup, dan memberikan pemberitahuan 12 bulan yang diperlukan dalam kontrak dengan pembelinya.

Pembeli, yang mengemas dan menjual telur ke supermarket, menawarkan 15 pence per lusin lebih sebagai tanggapan, yang menurut Thompstone masih membuatnya rugi. "Mengapa kita berkomitmen untuk itu? Terus terang saya kaget. Pengecerlah yang memegang dompet," katanya.

Didorong oleh permintaan konsumen, produsen telur Inggris selama bertahun-tahun berfokus pada free range, yang sekarang mewakili 70 persen pasar. Namun dengan hanya 13 persen telur di kisaran bebas Uni Eropa, opsi untuk mengisi kekosongan di rak supermarket Inggris dengan impor terbatas.

Lanjut ke halaman selanjutnya...

 

Serikat Petani Nasional Inggris (NFU) mengatakan kekurangan telur bisa jadi hanya permulaan. Karena era baru energi dan biji-bijian yang mahal dikombinasikan dengan kekurangan tenaga kerja dapat menyebabkan lebih banyak rak kosong kecuali produsen dan pengecer makanan menyetujui persyaratan yang lebih adil untuk masa depan.

 

Ketika inflasi dua digit telah mempererat hubungan antara produsen dan pengecer di seluruh dunia, persaingan yang ketat di antara pengecer makanan Inggris telah membuat harga di bawah rata-rata Eropa dan margin keuntungan mereka berada di antara yang terendah.

Tak hanya itu, para pengecer juga mengeluhkan krisis biaya hidup yang dipicu oleh melonjaknya biaya makanan dan energi. Ini membatasi ruang mereka untuk bermanuver. Produsen telur mengatakan, kalau pun supermarket menaikkan harga eceran dan membayar peternak lebih banyak, kenaikan itu tidak cukup untuk menutup biaya yang meledak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler