Waspada Gangguan Kecemasan Perpisahan Terjadi pada Anak-anak

Gangguan kecemasan perpisahan terhadap figur lekat atau terikat yang mengakibatkan penolakan pergi ke sekolah dan dapat terjadi pada anak-anak

retizen /Mardliyatus Sa'diyah
.
Rep: Mardliyatus Sa'diyah Red: Retizen

Separation Anxiety Disorder (SAD) adalah ketakutan atau kecemasan yang tidak sesuai dan berlebihan secara perkembangan tentang pemisahan dari figur lekat atau terikat, terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dengan kriteria yang menunjukkan adanya penarikan sosial, apatis, kesedihan atau kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau bermain. Pada anak-anak gangguan kecemasan ini bisa terjadi karena peristiwa yang dialami berupa tekanan yang berlebihan ketika melewati momen perpisahan dari rumah, jauh dari orang tua atau pengasuhnya.


Anak-anak akan merasa khawatir tentang perasaan dan pikiran akan perpisahan, ditinggalkan serta berbagai bayangan akan kejadian menyeramkan yang akan dialaminya. Anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan, mereka mungkin enggan atau menolak untuk hadir pergi ke sekolah, berkemah, dan tidur selain dirumahnya. Mereka akan bersikeras untuk tetap dekat dan berada dengan orang tua atau pengasuhnya. Gangguan ini berlangsung selama minimal 4 minggu yang dialami oleh anak-anak dimulai saat usia 1 tahun dan menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis sehingga berdampak pada fungsi sosial, akademik atau area fungsi penting lainnya.

Gangguan kecemasan yang dialami oleh anak-anak akan memberikan dampak tidak hanya pada aspek psikologis, namun juga dalam dunia pendidikan. Permasalahan ini merupakan hal yang perlu menjadi suatu perhatian. Tujuan pendidikan belum tercapai sepenuhnya apabila salah satu sebabnya dimungkinkan terdapat kekhawatiran anak untuk jauh dari orang tua atau figur lekat yang berada di dekat mereka. Jika kekhawatiran ini dibiarkan hingga mengakibatkan gangguan kecemasan, maka dapat juga berdampak pada fungsi perkembangan.

Oleh karena itu, permasalahan ini diperlukan adanya perhatian dari segala lini baik oleh profesional dalam bidang kesehatan mental, tenaga di bidang pendidikan dan tentu peran orang tua dirumah.

Faktor penyebab yang menjadi pertimbangan mengapa anak melakukan penolakan untuk pergi ke sekolah, dimungkinkan karena kondisi anak yang mengalami kesulitan beradaptasi dengan teman-teman baru, kesulitan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru, mengalami tindakan bullying dan fenomena lain yang mengakibatkan anak menolak untuk pergi ke sekolah.

Masalah kehadiran anak di sekolah merupakan masalah serius, karena ketidakhadiran merupakan faktor resiko utama untuk kegagalan akademik, kekerasan, berpengaruh terhadap kesejahteraan saat mereka memasuki usia remaja atau dewasa, terciptanya angka pengangguran ketika berlangsung secara terus menerus hingga anak tumbuh dewasa sampai pada kemungkinan terjadinya gangguan psikologis.

Dari tulisan ini saya menyadari bahwa perlunya tindakan lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan gangguan kecemasan pada anak yang mengakibatkan penolakan pergi ke sekolah. Upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Pertama adalah perlu memperhatikan peran orang tua sebagai figur lekat dan terikat berkaitan dengan perkembangan anak di setiap masa pertumbuhannya. Bagaimana figur orang tua memberikan bekal dan upaya komunikasi dengan anak akan perubahan yang terjadi pada setiap tahap kehidupan mereka. Sehingga anak mampu beradaptasi sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya.

Model pendidikan dan pembelajaran di sekolah tentu menjadi salah satu fokus utama yang tidak boleh hilang akan nilai-nilai, perilaku, moral dan cara terciptanya budaya damai. Sehingga tidak hanya memperhatikan sisi akademik pada proses pembelajaran, melainkan upaya menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif dan efektif bagi anak.

Sedangkan peran profesional kesehatan mental melakukan pendekatan dari sisi psikologis terkait kecemasan yang dihadapi oleh anak ketika berkaitan dengan belajar di sekolah. Dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak, menjadi sebuah upaya meminimalisir terjadinya gangguan kecemasan akan perpisahan yang menyebabkan penolakan pergi ke sekolah. Upaya ini harus kita usut dari akar penyebabnya sehingga akan menemukan solusi yang tepat untuk menanganinya.

sumber : https://retizen.id/posts/193802/waspada-gangguan-kecemasan-perpisahan-terjadi-pada-anak-anak
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler