Orang Berpenyakit Jantung Sering Melakukan Kesalahan Ini, Harus Diubah

Kekeliruan ini dapat membuat kadar kolesterol mereka kembali naik.

www.freepik.com.
Pentingnya obat kolesterol untuk penderita sakit jantung. (ilustrasi).
Rep: Fuji E Permana Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Ada satu kesalahan yang sering dilakukan orang  yang pernah mengalami serangan jantung atau bahkan stenting (telah dipasang ring). Mereka merasa tidak membutuhkan obat penurun kolesterol lagi.

Baca Juga


Mereka berasumsi, penyumbatan yang telah diatasi melalui intervensi bedah atau pengobatan; dan telah mendapatkan resep modifikasi gaya hidup dengan obat jantung; maka kenaikan kadar kolesterol mereka rendah.

Mereka sering menghentikan sendiri obat penurun kolesterol atau statin. Akibatnya, kolesterol naik kembali.

Beberapa tahun lalu, sebuah penelitian terhadap hampir 60 ribu orang berusia 66 tahun ke atas diterbitkan dalam JAMA Cardiology. Studi tersebut menemukan seberapa sering orang berhenti mengonsumsi statin setelah serangan jantung.

Dilansir laman Indian Express pada Selasa (3/2/2023), dalam dua tahun mengalami serangan jantung, satu dari lima orang berhenti mengonsumsi statin. Hampir dua dari lima tidak minum obat sesuai resep. Mereka mengambil dosis yang lebih rendah atau lebih jarang. Padahal, orang yang pernah mengalami serangan jantung atau strok perlu mengonsumsi obat penurun kolesterol atau statin seumur hidup.

Jadi, apa sebenernya fungsi statin? Statin bekerja dengan memblokir zat yang dibutuhkan tubuh untuk membuat kolesterol. Selain menurunkan kolesterol, statin menstabilkan plak di dinding pembuluh darah dan mengurangi risiko penggumpalan darah.

Kebanyakan orang mengasosiasikan pembekuan darah dengan jantung. Padahal, itu bisa terjadi di arteri mana pun dari sistem kardiovaskular, yang menyebabkan strok otak dan mengakibatkan kelumpuhan.

Penyumbatan di arteri ginjal dapat menyebabkan masalah ginjal dan di arteri ekstremitas, bahkan dapat mengakibatkan amputasi. Saat plak menutup arteri ekstremitas, darah segar tidak dapat mengalir ke organ nutrisi dan jaringan lain di bawah sumbatan. Ini menyebabkan kerusakan sebagian besar pada jari kaki dan kaki, (dikenal sebagai penyakit arteri periferal atau PAD). Dalam kasus yang serius, pasien akhirnya kehilangan anggota tubuh mereka.

Obat penurun kolesterol atau statin bersifat preventif dalam dua hal. Pertama, diresepkan untuk pasien berisiko tinggi yang penanda darahnya tidak baik dan secara genetik cenderung terkena penyakit jantung. Alasan kedua, timbulnya serangan jantung itu sendiri yang membantu mencegah episode berulang di masa depan.

Statin bahkan diresepkan untuk orang dengan risiko rendah dan tinggi. Anda berisiko rendah jika memiliki riwayat aterosklerosis dan kebutuhan LDL Anda di bawah 70 mg/dL. Risiko tinggi adalah ketika Anda masih muda, misalnya 35 tahun, pernah mengalami serangan jantung, dan memiliki riwayat keluarga. Dalam situasi seperti itu, LDL Anda harus di bawah 50 mg/dL, tingkat yang sulit dipertahankan tanpa statin.

Jika statin menyebabkan efek samping yang tidak dapat Anda tangani, seperti masalah pencernaan, nyeri otot, masalah tidur, konsultasikanlah kepada ahli jantung untuk menyesuaikan dosisnya. Beberapa orang memutuskan sendiri karena merasa itu lebih baik. Mereka merasa tidak memerlukan dosis yang sama seperti sebelumnya. 

Namun yang perlu diingat, tujuan akhir mereka bukanlah pengobatan yang lebih sedikit, melainkan kemungkinan yang lebih kecil untuk mendapatkan stent lain, bypass atau serangan jantung.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler