Membangkitkan Lokananta Menjadi Abbey Road-nya Indonesia
Menteri BUMN dan Wali Kota Surakarta menghidupkan Lokananta lewat Danareksa.
REPUBLIKA.CO.ID, Bicara Lokananta tentu tak bisa dilupakan begitu saja. Studio rekaman tertua di Indonesia dan bersejarah yang berdiri pada 29 Oktober 1956 di Kecamatan Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, ini sempat mati suri sekian lama. Hingga akhirnya, Menteri BUMN Erick Thohir dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming kembali menghidupkannya lewat holding Danareksa.
Erick sengaja memberikan tugas khusus kepada Danareksa untuk mengurusi sejumlah BUMN sakit untuk kembali sehat dan menciptakan kinerja optimal. Anggota holding, PPA mendapatkan amanah untuk merevitalisasi dan mengembangkan Lokananta milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) yang saat ini juga tengah menjadi pasien PPA.
Dengan menggandeng berbagai pihak seperti PT Indah Karya (Persero) sebagai konsultan perencanaan, kontraktor PP Urban, arsitek Andramatin, dan M Bloc Group sebagai operator, PPA menjadikan Lokananta sebagai creative and commercial hub atau sentra kreativitas dan niaga bagi para musisi, seniman, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif bagi masyarakat.
"(Lokananta) ini harta karun. Selain melestarikan cagar budaya juga, potensi pengembangan Lokananta sangat luar biasa sebagai sentra kreativitas musisi lokal," ujar Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi saat konferensi pers Lokananta Reload di Lokananta Records, Surakarta, Jawa Tengah, pada akhir November 2022.
Tak hanya hadir sebagai wadah dan rujukan generasi muda dalam menciptakan karya, Lokananta diproyeksikan menjadi salah satu destinasi unggulan di Kota Solo. Bahkan, Yadi memiliki keyakinan bahwa Lokananta dapat menjadi Abbey Road-nya Indonesia. Untuk itu, PPA tidak menutup kemungkinan membuat zebra cross tepat di depan gedung Lokananta seperti halnya zebra cross yang terkenal di Abbey Road.
"Kita ingin menyampaikan kepada generasi muda, (Lokananta) ini tidak kalah dengan Abbey Road. Karya-karya yang tersimpan ini suatu potensi yang bisa kita kembangkan," kata Yadi.
Wajah baru Lokananta seluas 21.500 meter persegi ini nantinya dilengkapi area pertunjukan amfiteater dan studio rekaman modern, museum dan arsip, merchandise dan pengelolaan kekayaan intelektual, galeri UMKM, serta sentra kuliner akan rampung sepenuhnya pada April atau Mei mendatang.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming mendukung penuh revitalisasi Lokananta sebagai wadah bagi pengembangan industri kreatif generasi muda. Dia berharap generasi muda harus berperan aktif dalam mengoptimalkan fasilitas baru Lokananta.
"Intinya anak-anak muda Solo tidak boleh hanya jadi penonton. Kalau Lokananta sudah jadi, pekerjaan rumahnya itu yang mengisi konten-konten yang ada di sini," kata Gibran.