Dampak Buruk Mengurangi Kalori Secara Drastis: Sembelit Hingga Gangguan Hormon Seks

Pembatasan kalori yang berkepanjangan mengurangi produksi hormon seks.

Health
Dampak buruk mengurangi kalori secara drastis. (ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya mengurangi kalori pada tubuh harus dilakukan dengan hati-hati. Pengurangan asupan kalori secara cepat dan tanpa strategi tepat bisa memengaruhi tubuh, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Baca Juga


Pakar nutrisi Alissa Palladino mengatakan, konsekuensi jangka pendeknya yakni kekurangan nutrisi, cepat lapar, penurunan tingkat energi, gangguan kinerja, gangguan pemulihan, dan perubahan hormonal. Sementara, pembatasan kalori jangka panjang berpotensi menyebabkan kompensasi metabolik.

Tubuh beradaptasi dengan membakar lebih sedikit kalori saat istirahat untuk bertahan hidup. "Hal ini membuat pengendalian berat badan lebih menantang dan kemungkinan berat badan naik kembali," kata Palladino.

Berikut sejumlah dampak lain dari pengurangan kalori bagi tubuh, dikutip dari laman Eat This Not That, Jumat (6/1/2023):

1. Sembelit

Pembatasan makanan yang parah secara signifikan dapat memperlambat saluran pencernaan. Seiring waktu, hal itu menyebabkan sembelit kronis akibat diet ekstrem. Ahli diet terdaftar di Mackenthun's Fine Foods, Andrew Akhaphong, mengatakan fenomena tersebut.

Selama defisit kalori, mungkin tidak ada cukup volume makanan, serat, atau bahkan kandungan air untuk mendukung pergerakan dan fungsi usus. "Sembelit kronis memicu rasa nyeri, wasir, penyempitan saluran usus, dan meningkatkan risiko kanker usus besar," ujar Akhaphong.

2. Gangguan hormon

Hormon akan bekerja dengan baik dalam tubuh yang asupan gizinya seimbang. Sebab, produksi hormon membutuhkan energi, makronutrien, dan mikronutrien yang signifikan. Kekurangan yang parah dari semua itu berpotensi menyebabkan gangguan hormon.

Pembatasan kalori yang berkepanjangan mengurangi produksi hormon seks, memicu perubahan dalam dorongan dan fungsi seksual, serta kelainan menstruasi pada perempuan. "Menstruasi yang terlewat atau tidak teratur juga bisa menjadi tanda kekurangan gizi," kata ahli gizi Britt Richardson yang merupakan pemilik A Full Bite Nutrition.

3. Kekurangan gizi

Kekurangan nutrisi bisa menjadi serius jika seseorang terus membatasi makan dalam jangka panjang. Pakar diet Sharon Puello mengingatkan, apabila hendak mengurangi kalori, pastikan untuk memangkas sumber kalori kosong dari makanan.

Pasalnya, mengurangi kalori hanya pada asupan lemak dapat mencegah tubuh menyerap vitamin yang bermanfaat. "Akibatnya, seseorang malah mengurangi terlalu banyak nutrisi yang diperlukan untuk mendukung metabolisme, hormon, dan komponen lain dari kesehatan," ujar Puello.

4. Kelaparan

Semua orang tahu logikanya, jika melewatkan waktu makan atau mengurangi porsi makan secara drastis bakal menyebabkan rasa lapar. Rasa lapar ini dapat menyebabkan sakit kepala, mual, kelelahan, dan sulit berkonsentrasi.

Pemilik Gut Health Connection, Kim Kulp, menjelaskan alasan ilmiahnya. "Memotong terlalu banyak kalori dapat menyebabkan perut melepaskan lebih banyak ghrelin, hormon lapar," kata Kulp. Defisit kalori yang tajam tanpa pertimbangan matang bisa menbuat tubuh kekurangan protein, serat, dan lemak.

5. Tingkat energi rendah

Secara harfiah, kalori adalah energi yang digunakan tubuh sebagai bahan bakar. Jadi, ketika asupan kalori dikurangi, tingkat energi pasti akan turun. Hal itu dapat berdampak negatif pada kinerja, terutama pada siang hari. Seseorang bisa sulit berkonsentrasi atau terus-menerus memikirkan makanan.

6. "Mengidam"

Membatasi kalori tanpa pengaturan baik bisa membuat seseorang justru menjadi terobsesi dengan makanan dan menanti-nanti waktu makan berikutnya. Akibatnya, dia mulai "mengidam" makanan tertentu yang bisa jadi malah tidak menyehatkan.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler