Pangeran Harry tak Ingin Menjadi Single Parent Seperti Ayahnya Dulu

Pangeran Harry kehilangan ibunya, Putri Diana, saat masih berusia 12 tahun.

AP Photo
Tangkapan layar tak bertanggal ini dikeluarkan oleh ITV pada Jumat 6 Januari 2023 menunjukkan Pangeran Harry dari Inggris berbicara selama wawancara dengan Tom Bradby dari ITV untuk program Harry: The Interview.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pangeran Harry menjelaskan bahwa dia tidak ingin sejarah terulang kembali. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak ingin seperti ayahnya, Raja Charles, yang menjalani kehidupan sebagai single parent dan menyampaikan kabar duka pada anak-anaknya.

Pangeran berusia 38 tahun itu mengundurkan diri dari tugas resmi kerajaan pada 2020, tepat dua tahun setelah pernikahannya dengan Meghan Markle. Keputusannya untuk berhenti dari kehidupan kerajaan, menurut Harry, dilatarbelakangi oleh kematian ibunya, Putri Diana, yang tewas dalam kecelakaan mobil pada 1997 di usia 36 tahun.

"Memikirkan kembali ketika saya berusia 12 tahun duduk di tempat tidu di Kastil Balmoral, ayah saya datang dan berbagi berita itu dengan saya," ungkap Pangeran Harry, dilansir Aceshowbiz, Selasa (10/1/2023).

Kini, ketika Harry menulis bukunya, ia terpikir bagaimana dulu ayahnya terjaga beberapa jam untuk menyampaikan kabar buruk itu. Dan kasih sayang yang ia miliki untuk ayahnya dan duduk bersamanya selama berjam-jam, menelepon teman-temannya yang sedang berolahraga untuk menyampaikan kabar buruk itu.

"Rasanya seperti, 'Bagaimana saya bisa menyampaikan ini kepada kedua putra saya?' Saya tidak pernah ingin berada di posisi itu. Dan itu bagian dari alasan mengapa kita ada di sini sekarang. Saya tidak ingin sejarah terulang kembali. Saya tidak ingin menjadi single parent dan saya tentu tidak ingin anak-anak saya menjadi seperti itu, hidup tanpa ibu atau ayah," papar Harry.

Adik dari Pangeran William yang juga merupakan pewaris takhta Inggris itu merilis memoarnya yang kontroversial, Spare pada Selasa (10/1/2023). Selama proses penulisan, dia masih ingat saat menyapa jutaan pelayat yang sedih berbaris di jalan untuk mengenang ibunya, sementara dia sendiri tidak bisa menunjukkan perasaannya sama sekali.

Baca Juga


"Saya rasa, banyak dari kita mengalami kehilangan pada usia muda kemudian tidak mampu untuk menarik kenangan kembali. Tapi menurut saya, sebagian besar dari itu adalah mekanisme pertahanan. Saya menyebut (kesedihan saya) sebagai luka pascatrauma karena saya tidak memiliki kelainan," ungkap Harry dalam Harry: The Interview yang tayang di stasiun TV ITV.

"Saya pernah menangis di pemakaman dan saya menjelaskan secara mendetail tentang betapa anehnya itu dan betapa sebenarnya ada rasa bersalah, dan saya pikir William juga merasakannya," ungkap dia.

Saat kematian ibunya, Pangeran Harry mengaku berjalan di sekitar Istana Kensington dengan 50 ribu karangan bunga untuk mendiang Putri Diana. Dia lalu menjabat tangan orang dan tersenyum. Ia kembali mengenang semua itu, mengingat bagaimana tangan basahnya menjabat tangan banyak orang.

"Jadi itu sangat aneh, mengalami itu pada saat masih muda. Melihat luapan emosi dari ratusan juta orang, dan semua orang merasa mengenal ibu kita. Dua orang terdekat, dua orang yang paling disayanginya, tidak mampu menunjukkan rasa apapun saat itu," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler