Masjid di Birmingham Kirimkan 12 Ribu Paket Makanan ke Warga Alami Krisis Pangan
Permintaan bantuan meningkat dua kali lipat dalam enam bulan terakhir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah masjid di Birmingham akan membantu pengemudi besar untuk mengirimkan 12 ribu paket makanan kepada keluarga yang kesulitan dan mengalami krisis pangan.
Dilansir di Birmingham Mail, Kamis (19/1/2023), Masjid Green Lane, di Small Heath akan mengambil bagian dalam skema biaya hidup yang dijalankan oleh badan amal Islamic Relief. Sebanyak 12 ribu parsel akan didistribusikan dengan 23 organisasi mitra, termasuk pusat kesehatan kecil.
Badan amal tersebut berharap dapat membantu 33 ribu orang bulan ini dan telah meminta Pemerintah Inggris untuk memberikan lebih banyak dukungan kepada keluarga termasuk pemulihan sebesar 20 Euro dalam Kredit Universal dan jeda sementara pemotongan utang.
Salah satu mitra Islamic Relief Masjid Al Falaah di Handsworth telah mengalami permintaan yang begitu tinggi sehingga mereka kehabisan makanan di bank makanan mereka. Permintaan bantuan meningkat dua kali lipat dalam enam bulan terakhir.
Paket tersebut akan mencakup makanan kering seperti pasta, nasi, dan sereal serta teh, susu, dan jus. Islamic Relief UK juga akan mendistribusikan paket makanan melalui mitra termasuk Masjid Pusat Cambridge, Masjid London Timur, Masjid Jalur Hijau, Sufra NW, Pusat Komunitas Newham, Pusat Komunitas Crookston, Al Suffa, Leicester Satu Atap, Masjid Cann Hall, Masjid Al-Hikmah, bank makanan Paddington Utara, Masjid Birmingham, Masjid Blackhall, dan proyek The Felix.
Direktur Islamic Relief UK Tufail Hussain mengatakan bahwa bank makanan bukanlah cara yang berkelanjutan atau bermartabat untuk membantu orang-orang yang berjuang untuk bertahan hidup karena mereka tidak memiliki pendapatan yang cukup atau dapat diandalkan.
"Kami akan terus mendukung mereka yang paling rentan melalui program kami. Tetapi bank makanan seharusnya tidak ada di salah satu negara terkaya di dunia," ujarnya.
Menurut dia, krisis biaya hidup saat ini telah mengungkapkan betapa sistem tunjangan Inggris gagal mendukung mereka yang berpenghasilan paling rendah. Hanya perubahan struktural jangka panjang yang akan memberi orang kesempatan terbaik untuk keluar dari kemiskinan dan hidup bermartabat.
"Pemerintah Inggris harus berbuat lebih banyak untuk menangani dampak langsung dari krisis biaya hidup, tetapi juga melakukan tinjauan mendasar terhadap sistem jaminan sosial Inggris dengan maksud untuk memastikan tunjangan memberi orang penghasilan yang memadai untuk menutupi kebutuhan esensial mereka," ujarnya.