Pakar: Ancaman Erdogan Tolak Pengajuan Swedia tak akan Bertahan Lama

Pembakaran Alquran tak bisa jadi alasan yang kuat untuk Turki cegah Swedia masuk NATO

EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Pengunjuk rasa membakar bendera Swedia di depan Konsulat Jenderal Swedia selama protes di Istanbul, Turki, 21 Januari 2023. Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan diizinkan mengadakan demonstrasi dan membakar salinan Alquran di depan gedung Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari 2023.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Hubungan Timur Tengah Smith Alhadar menilai sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam menahan persetujuan Swedia untuk bergabung organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak memberi efek jangka panjang. Ancaman itu kembali dipertegas usai protes pembakaran Alquran di depan Kedubes Turki di Stockholm oleh Rasmus Paludan pekan lalu.

"Kalau suasana mulai reda dan Swedia bisa memenuhi syarat minimal, Turki maka akan meloloskan menjadi anggota NATO," ujar Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education saat dihubungi oleh Republika.co.id pada Selasa (24/1/2023).

Smith melihat, peristiwa ini tidak bisa menjadi alasan yang sangat kuat untuk Turki terus menahan masuknya Swedia sebagai anggota NATO dalam jangka panjang. Meski mendapatkan kecaman dari banyak negara lain atas kasus pembakaran Alquran, tindakan mengulur waktu dalam memberikan persetujuan ini justru bisa menghantam Turki.

"Kalau Turki tetap bertahan dengan alasan tidak dapat diterima NATO, maka tekanan akan datang terutama dari Amerika Serikat. Karena lamaran Swedia sangat penting upaya memperkokoh aliansi Atlantik Utara," ujar Smith.

Tapi untuk sementara, keputusan Turki untuk tidak menerima lamaran Swedia sebagai NATO masih bisa diterima oleh pihak-pihak lain. Terlebih lagi beberapa tuntutan tentang keberadaan dan aktivitas kelompok Kurdistan yang terafiliasi dengan Kurdistan Workers’ Party (PKK) masih mendapatkan perlindungan dari Swedia.

Smith menegaskan, keberadaan PKK ini memang menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi Swedia. Jika ketentuan itu telah dilakukan, Turki akan membiarkan Swedia untuk bergabung dengan aliansi keamanan tersebut.

Kecaman Erdogan atas pembakaran Alquran justru akan lebih menarik perhatian di dalam negeri. Turki akan mengadakan pemilihan umum presiden dan anggota parlemen pada Mei tahun ini.

Masalah itu menurut beberapa pihak merupakan upaya cara menarik simpati kelompok nasionalis Turki agar kembali memberikan suara terhadap Erdogan. Smith menilai, ini tidak hanya seputar menarik simpati pemilih semata.

"Erdogan kan juga sudah menolak delegasi Swedia yang akan datang untuk bernegosiasi. Swedia juga jangan hanya melihat atau mencurigai motif politik dari Erdogan yang ingin memenangkan kursi kepresidenan saja," ujar Smith.

Peristiwa pembakaran Alquran ini tindakan yang melukai hati Muslim secara keseluruhan. Menurut Smith, ini adalah tindakan yang buruk dalam menjaga kedamaian, hubungan, dan stabilitas negara pula.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler