Perjalanan Berliku Swedia Gabung NATO: Dihadang Turki Hingga Skandal Pembakaran Alquran

Swedia merupakan negara dengan sejarah panjang netralitas di masa perang.

Tim Infografis Republika.co.id
Keinginan Swedia untuk bergabung dengan NATO mendapat penolakan dari Turki.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah mencatat Swedia merupakan negara dengan sejarah panjang netralitas di masa perang. Karena sikap politik luar negerinya inilah Swedia menghindar dari aliansi militer.


Namun, invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu telah mengubah sikap politik luar negeri Swedia. Negara Skandinavia ini ingin bergabung dengan aliansi militer negara-negara Eropa, yakni Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). 

Setiap perluasan keanggotaan NATO harus disetujui oleh semua anggota NATO yang berjumlah 30 negara. Keinginan Swedia tersebut masih mendapat penolakan dari Turki, yang merupakan anggota NATO.

Tahun 1994

Swedia menjadi mitra resmi NATO dan sejak itu menjadi kontributor utama aliansi.

Februari 2022

Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Swedia menyatakan ingin bergabung sebagai anggota NATO.

13 Maret 2022

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menentang bergabungnya Swedia dengan NATO.

18 Mei 2022

Swedia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO.

28-30 Juni 2022

KTT NATO di Madrid, Spanyol 

- Rencananya bergabungnya Swedia ke dalam aliansi dibahas secara khusus. 

- Delegasi Turki tetap menentang keinginan Swedia. 

21 Januari 2023

Pemimpim partai sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan, membakar sebuah Alquran di depan Kedubes Turki di ibukota Swedia, Stockholm.

 23 Januari 2023

Presiden Turki Erdogan kembali memperingatkan Swedia tidak akan mendapat dukungan menjadi anggota NATO setelah protes di Stockholm oleh aktivis anti-Islam dan kelompok pro-Kurdi.

 

Sumber: AP, Reuters, BBC, dan Aljazirah

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler