Bank Syariah dan Konsumen Tionghoa

Bank syariah belum bisa 100 syariah. Akan tetapi, ia menawarkan opsi yang lebih menarik dan menguntungkan. Jika ada yang tidak baik tentang bank syariah, mestinya bukan kita demarketisasi, akan tetapi kita dorong agar terus melakukan penyempurnaan me

retizen /Edo Segara Gustanto
.
Rep: Edo Segara Gustanto Red: Retizen
Sumber: republika.co.id

Oleh: Edo Segara Gustanto*


Momentum Imlek, mengingatkan saya tentang cerita konsumen bank syariah yang berasal dari kalangan non muslim (Tionghoa). Tepatnya, cerita Pak Hamzah Hendro Sutikno, pengusaha Tionghoa yang ada di Yogyakarta. Pak Hamzah memiliki usaha kuliner Raminten, Mirota Batik (sekarang Hamzah Batik), dan masih banyak usaha lainnya yang beliau geluti.

Saya pribadi, bukan orang yang asing dengan bisnis keluarga besar Mirota. Saya salah satu orang yang pernah bekerja di grup Mirota. Tepatnya di Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak atau dikenal dengan Mirota UGM. Meski cuma enam bulan di sana, saya cukup bisa mengenali model bisnis dan budaya yang ada di sana.

Balik lagi ke soal Pak Hamzah, sebagai salah satu konsumen bank syariah di Jogja. Dalam sebuah media lokal di Yogyakarta, beliau pernah menyampaikan jika lebih senang pinjam di bank syariah.

”Bank Syariah telah memberikan inspirasi bagi saya untuk bekerja dan berusaha lebih keras. Antara usaha yang saya tekuni dan Bank BPD DIY Syariah telah terjadi kesamaan visi. Dalam berusaha saya amat menekankan etika bisnis, transparansi, dan kesejahteraan pegawai,” katanya kepada salah satu media lokal di Yogyakarta.

"Di bank syariah untuk akad produktif (pinjaman dana usaha) ketika pengusaha rugi atau tidak untung, maka akan disesuaikan bagi hasilnya. Konsep bagi rugi ini menarik, karena banyak bank yang tidak mau tahu ketika pengusaha rugi," tambah Hamzah.

Bank Harus Mendampingi, Tidak Hanya Saat Menagih

Di saat saya masih bekerja di bank syariah, saya pernah mengusulkan ada unit yang mengurusi dan mendampingi UMKM yang mendapat pembiayaan dari bank. Mengapa ide ini saya gulirkan, karena selama ini bank hanya datang saat menagih pinjaman saja, tanpa memikirkan bisnis si nasabah sedang baik atau tidak. Seandainya ada pendampingan, tentu bisa meminimalisir kerugian si pengusaha.

Di bank-bank umum besar, unit UMKM ini sudah avalaible. Di bank syariah yang nasabahnya Pak Hamzah seperti saya ceritakan di awal, ada unit yang mengawal dan mendampingi UMKM yakni UMKM Center. Tugas UMKM Center ini, tidak hanya mendampingi UMKM akan tetapi juga melatih mereka untuk mengupgrade usahanya bahkan sampai ke pelaporan keuangannya.

Konsep bagi hasil dan bagi rugi yang diterapkan bank syariah harusnya selaras dengan ide UMKM Center ini. Jika nasabah/konsumen bank syariah ingin tetap stabil usahanya (untung), maka peran UMKM Center ini perlu dioptimalkan agar nasabah bisa menghasilkan profit yang maksimal.

Bank Syariah Untuk Semua Agama

Islam adalah agama yang universal, yaitu agama yang pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu. Ia sesuai untuk semua golongan manusia. Begitu juga bank syariah, ia bisa diakses oleh agama apa pun. Termasuk kalangan Tionghoa (Cina).

Menurut hemat saya, bank syariah lebih prospek, dengan catatan ia konsisten dengan konsep bagi hasil dan bagi ruginya. Namun nasabah juga dituntut jujur ketika sedang untung. Karena banyak pengusaha yang saat untung diam saja, tapi ketika rugi dia mengeluh ke bank.

Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin bilang benar bahwa bank syariah belum bisa 100% syariah. Akan tetapi, ia menawarkan opsi yang lebih menarik dan menguntungkan. Jika ada yang tidak baik tentang bank syariah, mestinya bukan kita demarketisasi, akan tetapi kita dorong agar terus melakukan penyempurnaan menuju ideal. Semoga.[]

*) Mahasiswa Doktoral Hukum Ekonomi Syariah, UII Yogyakarta

sumber : https://retizen.id/posts/199141/bank-syariah-dan-konsumen-tionghoa
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler