Kecepatan Jalan Kaki Berpengaruh Terhadap Penurunan Berat Badan, Ini Penjelasannya
Mencapai berat badan normal bisa diwujudkan dengan jalan kaki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, merekomendasikan berjalan kaki untuk mencapai berat badan normal. Ia mengatakan, untuk mencapai berat badan normal bisa diwujudkan dengan berjalan kaki kecepatan 5 km per jam setiap hari sekaligus sebagai salah satu cara menjalani gaya hidup aktif.
"Berjalan kaki sekitar lima kilometer per jam itu dianggap jalan kaki cepat. Kalau kita menambahkan lima kilometer per jam, atau 4000 hingga 6000 langkah sehari, maka kita bisa mencapai orang yang aktif, 10.000 langkah sehari," kata dia dalam acara bertema "Hari Gizi Nasional: Pentingnya Gizi Seimbang Dalam Kehidupan Sehari - hari" di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Prof Ali mengatakan, jalan kaki cepat tergolong aerobik dan ini berpengaruh pada penurunan berat badan. Hal berbeda terjadi saat seseorang berlari kencang hingga terengah-engah.
"Ketika anda ngos-ngosan karena anda berlari kencang, itu tidak lagi menjadi aerobik tetapi anaerobik. Kalau menjadi anaerobik itu tidak diharapkan adalah ketika tidak berpengaruh pada penurunan berat badan. Oleh karena itu yang aerobik yang diharapkan," kata dia.
Sebuah studi yang dilakukan mahasiswa program doktor di IPB memperlihatkan orang-orang bertubuh gemuk yang berjalan kaki 60 menit memiliki berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang lebih baik ketimbang mereka yang berjalan kaki selama 40 menit. Prof Ali membuktikan sendiri dengan berjalan kaki rutin lima hari dalam sepekan yang dia lakukan tak kunjung membuat berat badannya turun. Rupanya kecepatan saat berjalan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh.
"Mahasiswa yang diuji coba memakai alat yang mengukur kecepatan dan dia taat pada alat dipakai. Itu menyebabkan hasil yang signifikan," kata dia.
Dia menambahkan, merujuk data Riset Kesehatan Dasar 2013 dan 2018, sekitar sepertiga orang Indonesia kurang beraktivtas fisik dan tren penyakit degeneratif semakin meningkat. Kurangnya aktivitas fisik, timbulnya obesitas, berdampak pada penyakit tidak menular.
Menurut Prof Ali, orang Indonesia sehari melangkah sekitar 3500, sehingga jumlah langkah yang tercapai maksimal sekitar 7000 langkah per hari dari target 10.000 langkah per hari dan ini bahkan harus ditambah latihan setiap satu jam sebagai langkah tambahan.
"Rekomendasinya dalam seminggu kita bisa exercise 150 menit minimal dua hari per minggu. Kalau bisa lima hari per minggu itu sangat bagus," kata Prof Ali.