Mau Turunkan Berat Badan? Trik Ini Lebih Manjur daripada Puasa Intermiten

Puasa intermiten tampak tidak memengaruhi penurunan berat badan.

www.freepik.com
Diet (ilustrasi). Puasa intermiten tampak tak membantu penurunan berat badan.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil studi terbaru yang mengikuti respondennya selama enam tahun mengungkapkan puasa intermiten tidak memengaruhi penurunan berat badan. Temuan tersebut konsisten dengan aturan lama yang telah dipahami dengan baik, yakni makan lebih sedikit kalori berkontribusi pada penurunan berat badan.

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, para peneliti di Universitas Johns Hopkins meminta 547 orang untuk mencatat porsi makanan dan waktu makan mereka di aplikasi seluler setiap hari selama enam bulan. Para ilmuwan kemudian melihat berat badan peserta selama sekitar enam tahun menggunakan rekaman kesehatan elektronik.

Enam tahun masa pengamatan itu mencakup catatan kesehatan selama lima tahun lebih sebelum responden mulai memasukkan data pola makannya ditambah enam bulan setelahnya. Studi tersebut diterbitkan di Journal of American Heart Association diterbitkan pada Rabu (18/1/2023).

Baca Juga



Studi memisahkan makanan menjadi tiga kategori, yakni porsi kecil dengan makanan kurang dari 500 kalori, porsi sedang berkisar antara 500 hingga 1.000 kalori, dan porsi besar terdiri lebih dari 1.000 kalori. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan, peserta yang makan makanan besar dan sedang mengalami kenaikan berat badan selama enam tahun, sedangkan mereka yang makan lebih sedikit dan dalam porsi kecil mengalami penurunan berat badan.

Para peneliti tidak menemukan hubungan antara perubahan berat badan dan praktik membatasi asupan makanan pada rentang waktu tertentu. Pola ini sering disebut sebagai puasa intermiten.

Mereka juga tidak menemukan hubungan antara perubahan berat badan dan waktu makan pertama seseorang setelah bangun atau makan terakhir atau ngemil sebelum tidur.

"Studi ini menunjukkan bahwa mengubah waktu makan Anda tidak akan mencegah penambahan berat badan bertahap secara lambat selama bertahun-tahun," ungkap Dr Wendy Bennett, penulis studi dan profesor di Johns Hopkins Medicine, seperti dilansir laman NBC News, Kamis (19/1/2023).

Bennett mengatakan mungkin strategi yang paling efektif adalah dengan benar-benar memantau seberapa banyak Anda makan. Caranya ialah dengan makan lebih sedikit makanan besar dan lebih banyak makanan kecil.

Studi tersebut melibatkan orang-orang dengan berbagai bobot, termasuk mereka yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas parah. Namun, perubahan berat badan yang diamati secara keseluruhan kecil.

Orang yang makan makanan ekstra setiap hari mengalami kurang dari 1 pon atau 0,45 kg penambahan berat badan per tahun secara rata-rata dibandingkan dengan orang yang tidak melahap makanan tambahan itu.

"Efeknya sangat kecil, saya tidak akan merekomendasikan siapa pun untuk mengubah pola makan mereka," ujar Courtney Peterson, seorang profesor ilmu nutrisi di University of Alabama di Birmingham, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Meski begitu, Bennett mengatakan penelitiannya memberikan bukti bahwa membatasi ukuran makanan bisa efektif untuk menurunkan berat badan, bahkan setelah disesuaikan dengan berat awal seseorang. Orang yang lebih berat cenderung lebih mudah menambah atau mengurangi berat badan.

Bennet juga mencatat bahwa rata-rata orang bertambah bobot 0,45 atau 0,9 kg per tahun. Angka itu bisa menjadi kenaikan berat badan yang signifikan dari waktu ke waktu.

"Makan lebih sedikit makanan besar dan lebih banyak makanan kecil pada akhirnya dapat mencegah kenaikan berat badan yang lambat," kata Bennett.

"Makan yang dibatasi waktu bisa sangat membantu, saya pikir, ketika itu membantu orang membatasi kalori mereka," ujar Bennett.

"Kita sudah tahu bahwa pembatasan kalori adalah strategi paling efektif untuk menurunkan berat badan."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler