Islam Berkali-kali Dihina, Bagaimana Ajaran Rasulullah SAW Membalas Pelaku Jahat Itu?

Islam justru mengajarkan untuk membalas para pembenci dengan kasih sayang

EPA-EFE/Olafur Steinar Gestsson DENMARK OUT
Rasmus Paludan, pemimpin partai anti-Islam sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Kopenhagen, Denmark, Jumat (27/1/2023).. Aksi itu ditanggapi dengan kemarahan dan protes di sekitar dunia sejak Paludan membakar kitab suci umat Islam di Stockholm seminggu sebelumnya.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada umat-Nya. Di dalamnya, berisi tuntunan dan wahyu Allah SWT dan menjadi hal yang sangat penting. 

Baca Juga


Aksi pembakaran dan perobekan Alquran yang terjadi pada bulan ini jelas merupakan bentuk penghinaan dan memicu kemarahan umat Muslim seluruh dunia. 

Namun, bagaimana Islam dan Alquran mengajarkan Muslim dalam menghadapi para pembenci? 

Asisten profesor tafsir di Universitas Usak, Turkiye, Nurullah Denizer, mengatakan bahwa untuk setiap agama, nilai-nilai sakral memiliki posisi penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. 

"Oleh karena itu, hal yang normal bereaksi terhadap orang yang tidak menghormati dan menyerang nilai-nilai agama. Namun, yang penting pada poin ini adalah bentuk dan batasan reaksinya," ujar dia dikutip di TRT World, Ahad (29/1/2023). 

Dalam ayat Alquran disebutkan bahwa Allah SWT berfirman sebagai berikut ini.

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS Al-Anam 108).   

Denizer menyebut ayat ini seolah membimbing orang-orang beriman tentang bagaimana seharusnya reaksi ini dilakukan. Pesan utama yang diberikan dalam ayat tersebut adalah orang tidak boleh saling menghina nilai-nilai suci satu sama lain. Namun, ayat tersebut menggambarkan reaksi orang yang dituju sebagai 'bodoh' dan 'transenden', jika terjadi situasi seperti itu. Dapat dikatakan bahwa itu menunjukkan mereka yang menghina nilai-nilai sakral tidak boleh ditanggapi dengan sebuah pemahaman atau pemakluman, tetapi situasi mereka harus diusahakan untuk dipahami. 

Lebih lanjut, dia menyebut Alquran memiliki beberapa ayat lain untuk mengatasi orang-orang yang penuh kebencian yang menyerang Islam dan para pengikutnya. Dalam ayat Ali Imran ayat 134, وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ 

Alquran mendefinisikan Muslim yang baik sebagai "orang yang menahan amarahnya dan yang memaafkan orang."

Namun, banyak cendekiawan berpendapat Alquran dan ajaran Nabi Muhammad SAW dapat mengubah tanggapan mereka, pada saat menghadapi peristiwa seperti pembakaran Alquran dan serangan lain terhadap keyakinan mereka.

Baca juga: Putuskan Bersyahadat, Mualaf JJC Skillz Artis Inggris: Islam Memberi Saya Kedamaian 

Alquran dengan jelas memerintahkan umat Islam untuk menjaga jarak dari orang-orang yang mengejek umat Islam atau Islam. Di beberapa ayat, bahkan ada peringatan keras juga. Misalnya, ambil surat Al-Anam ayat 68-69: 

 وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ  ۚ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَٰكِنْ ذِكْرَىٰ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.”        

Denizer menyebut baik dan jahat tidak bisa sama. Dia pun mengimbau agar umat Muslim menolak kejahatan dengan langkah yang lebih baik, maka musuh akan menjadi sedekat teman dekat.  

 

Profesor Tafsir di Universitas Fatih Sultan Mehmet Vakif, Istanbul, Mustafa Ozel, mengatakan bahwa ketidakreligiusan merampas akal sehat orang, yang dapat menyebabkan kekacauan dalam masyarakat. "Setiap masyarakat dan setiap agama memiliki nilai-nilai spiritual dan sakral. 

"Anda mungkin tidak memiliki hubungan positif dengan masyarakat atau agama mana pun. Namun, bukan berarti ini mengizinkan siapa pun untuk menghina lawan bicaranya. Pertama-tama, harus diingat agama memainkan peran positif dalam masyarakat dan dalam hubungan antar-komunitas. Selain itu, tidak boleh dilupakan masalah paling sensitif orang dan masyarakat adalah agama dan nilai-nilai spiritual mereka," ujar Ozel. Menolak dan menentang suatu agama berbeda dengan menghina agama itu, mempermalukan konsep, simbol dan sumber dayanya, dalam upaya untuk mencoba membuatnya tidak berharga. 

Dia menyebut orang yang berakal sehat tidak pernah menghina nilai-nilai sakral mereka. Sikap dan perilaku yang salah seperti itu disebut dapat mengarah pada permusuhan, kebencian dan kekerasan. Kehidupan Nabi Muhammad adalah bidang lain di mana umat Islam dapat belajar bagaimana menanggapi kebencian, kata Ozel. 

Salah satu anekdot Nabi Muhammad SAW yang paling banyak dibagikan melibatkan seorang wanita tua yang, karena kebencian terhadap utusan Islam, melemparkan sampah ke arahnya setiap kali dia melewati rumahnya. 

Karena Nabi SAW melihat tidak ada sampah yang dilemparkan ke arahnya pada suatu hari tertentu, dia bertanya tentang wanita itu dan mengetahui bahwa dia sedang sakit. 

Nabi SAW pun pergi menemuinya dan menawarkan bantuan. Wanita itu merasa malu dengan tindakannya pada masa lalu, yang mana Nabi langsung memaafkannya. 

Contoh lain tentang kebaikan menang atas kejahatan lagi-lagi melibatkan Nabi Muhammad. Menurut berbagai hadis, kumpulan catatan kehidupan Nabi, kemenangan Muslim atas Makkah membuktikan bagaimana Muhammad menahan diri untuk tidak membalas dendam pada kerabatnya, yang telah menyiksanya dan para sahabat hingga mereka terpaksa berlindung di Madinah. 

Setelah mengalahkan para pesaingnya, terutama para anggota penguasa kuat bernama Quraisy, Nabi  SAW memasuki Makkah dan bertanya kepada mereka: "Hai Quraisy, apa pendapatmu tentang perlakuan yang harus aku berikan kepadamu? Mereka berkata: 'Rahmat, wahai Nabi Allah SWT, Kami tidak mengharapkan apa-apa selain kebaikan dari-Mu'.”

“Aku berbicara kepadamu dengan kata-kata yang sama seperti yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Hari ini tidak ada teguran terhadapmu, 'Pergilah, kamu bebas,” jawab Nabi sesuai hadis.

Sumber: trtworld  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler